Senin, 27 Januari 2014

KONSEP DASAR KURIKULUM



KONSEP
DASAR KURIKULUM
Pengertian Kurikulum
Kurikulum menurut saya adalah rencana, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam pendidikan. Kurikulum berisikan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dengan isi yang disesuaikan dengan tujuan serta metode yang digunakan dalam penyampaiannya. Evaluasi untuk menguji apakah tujuan yang terdapat dalam kurikulum dapat tercapai atau belum. Kurikulum sebagai suatu ide/konsep, rencana yang menjadi panduan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar serta kurikulum sebagai hasil belajar yang menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.
 Pengertian Kurikulum Secara Etimologis
Webster’s Third New International Distionery menyebutkan Curriculum berasal dari kata curere dalam bahasa latin Currerre yang berarti :
Berlari cepat
Tergesa-gesa
Menjalani
Currerre dikata bendakan menjadi Curriculum yang berarti :
Lari cepat, pacuan, balapan berkereta, berkuda, berkaki
Perjalanan, suatu pengalaman tanda berhenti
Lapangan perlombaan, gelanggang, jalan
Menurut satuan pelajaran SPG yang dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti “jarak yang ditempuh”. Semula dipakai dalam dunia olah raga.
Dimana di dalam sebuah dunia olahraga terdapat sebuah perlombaan, terdapat sebuah ‘’start’’ dan batas ‘’Finish’’. Di artikan dalam dunia pendidikan bahwa kurikulum merupakan suatu proses yang memiliki rancangan dan tujuan.
Pengertian kurikulum secara Semantik
Secara Semantik kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang di ajarkan disekolah. Kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.
 pengertian kurikulum secara morfologi
kurikulum berasal dari perkataan Latin yang merujuk kepada ‘laluan dalam sesuatu pertandingan. Berdasarkan kepada konsep tersebut , perkataan kurikulum adalah berkait rapat dengan perkataaan ‘laluan atau laluan-lauan’. Sehingga awal abad ke 20, kurikulum merujuk kepada kandungan dan bahan pembelajaran yang berkembang iaitu ‘apa itu persekolahan’. Ahli progresif dan behaviouris pada lewat abad ke 19 dan abad ke 20 membincangkan tentang  kurikulum dengan memasukkan unsur-unsur seperti keberbagian, keperluan masyarakatan dan strategi-strategi pengajaran.
Jenis-jenis Kurikulum
Kurikulum formal
Kurikulum tersembunyi
Kurikulum Bertulis/Yang Dihasratkan
Kurikulum Cadangan
Kurikulum Masa Depan
Kurikulum Sokongan
Kurikulum Tersembunyi
Kurikulum Yang Di AjarDialami/Dipelajari

Konsep dasar kurikulum
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama Rentjana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu masih dalam psoses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang berdaulat dan sejajar dengan dunia.
   kurikulum pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap.
Tahun 1950 ada kurikulum SD yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai”. Pada tahun 1960 muncul “Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”. Tahun 1968 dikenal “Kurikulum 1968 pengganti “Kurikulum 1950. Lalu tahun 1970 muncul “Kurikulum Berhitung” diganti dengan pelajaran matematika modern.
Tahun 1975 disebut “Kurikulum 1975 yang fokus pada pelajaran matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta Pendidikan Kewarnegaraan. Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975 dengan “Cara Belajar Siswa Aktif” (CBSA).
Tahun 1991 CBSA dihentikan lalu muncul “Kurikulum 1994. Tahun 2004 dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK), yang dipelesetkan jadi Kurikulum Berbasis Kebingungan.
Terakhir tahun 2006 muncul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP), entah berapa tahun lagi ada kurikulum baru yang membuat bingung semua pihak. Siswa kita jangan dijadikan “kelinci percobaan”. Majulah pendidikan Indonesia.
  a. Kurikulum 1975
Disebut demikian karena pembakuannya dilakukan pada tahun 1975 dan berlaku mulai tahu itu pula. Kurikulum 1975 menyempurnakan atau bahkan merubah kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1968. kurikulum 1975 banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Behavioral; segala sesuatu diukur dari hasilnya, dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diukur. Oleh sebab itu, kurikulum 1975 berorientasi pada tujuan yang dirumuskan secara operasional dan behavioral. Bentuk kurikulum yang demikian dipandang mengandung beberapa kelemahan, antara lain terlalu terpusat pada pencapaian tujuan, sehingga melupakan proses yang dalam dunia pendidikan sangatlah penting.
b.  Kurikulum 1984
Kurikulum ini banyak dipengharuhi oleh aliran psikologi Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah dan meneliti lingkungannya. Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan.


c. Kurikulum 1994
Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya dengan dasar kurikulum 1984 pada kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus dikuasai, berorientasi kognitif.
d. Kurikulum 2004
 Kurikulum ini disusun lebih kompleks sebagai pengembangan kurikulum sebelumnya , tujuan terarah pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Pengembangan ada pada guru dan sekolah. Semua proses terstandarisasi mulai dari proses pembelajaran hingga hasil belajar siswa. Perubahan total nampak jelas jika dibandingkan antara kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 dengan alasan relevansi. Kurikulum ini populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Konpetensi).
Kedudukan Dan Posisi Kurikulum Dalam Pendidikan
Pembahasan mengenai posisi kurikulum adalah penting karena posisi itu akan memberikan pengaruh terhadap apa yang harus dilakukan kurikulum dalam suatu proses pendidikan. Tidak seperti halnya dengan pengertian kurikulum para akhli kurikulum tidak banyak berbeda dalam posisi kurikulum. Kebanyakan mereka memiliki kesepakatan dalam menempatkan kurikulum di posisi sentral dalam proses pendidikan. Kiranya bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dikatakan bahwa proses pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan criteria yang ada dalam kurikulum. Pengecualian dari ini adalah apabila proses pendidikan itu menyangkut masalah administrasi di luar isi pendidikan. Meski pun demikian terjadi perbedaan mengenai koordinat posisi sentral tersebut dimana ruang lingkup setiap koordinat ditentukan oleh pengertian kurikulum yang dianut.

A. Fungsi dan Efektivitas Kutikulum
1.   Fungsi Kurikulum 
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua,kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membinbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kuriklum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Fungsi kurikulum bagi guru
Bagi seorang guru kurikulum memberikan manfaat sebagai pendoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran, termasuk kegiatan menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar, serta dalam mengevaluasi perkembangan peserta didik.
Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dalam kurikulum,baik dalam kedudukannya sebagai seorang Administrator maupun Supervisor.Maanfaat kurikulum bagi kepala sekolah antara lain adalah ;
Sebagai pendoman dalam memperbaiki situasi belajar, sehingga lebih kondusif. Serta untuk menunjang situasi belajar ke arah yang lebih baik.
Sebagai pendoman dalam memberikan bantuan kepada pendidik (guru) dalam memperbaiki situasi belajar.
Sebagai pendoman dalam mengembangkan kurikulum, serta dalam mengadakan evaluasi kemajuan kegiatan belajar mengajar.
Fungsi kurikulum bagi masyarakat
fungsi kurikulum bagi masyarakat
Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka memperlancar program pendidikan, serta dapat memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah. Sehingga sekolah dapat melahirkan generasi-generasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Presepsi yang salah jika menganggap manfaat kurikulum hanya dapat diambil oleh pihak-pihak yang terkait dalam dunia sekolah saja. Memang pada dasarnya yang mengembangkan sebuah kurikulum adalah sekolah, namun seperti yang telah dibahas, manfaat dari sebuah kurikulum sangatlah luas. Semua pihak dapat mengambil manfaat dari sebuah kurikulum, dan kurikulum memberikan manfaat tersendiri dari tiap dimensinya.
Fungsi kurikulum bagi penulis buku ajar
Penulisan buku ajar berdasarkan kurikulum yang berlaku. Penulis buku ajar melakukan analisa instruksional untuk membuat dan menjabarkan berbgai pokok dan subpokok bahasan. Setelah itu, baru menyusun program pelajaran untuk mata pelajaran tertentu dengan dukungan berbagai sumber atau bahan yang relevan.
Efektivitas Kurikulum
            Kurikulum dapat dikatakan efektif jika kurikulum dapat berinteraksi secara tepat dengan kopetensi guru,sehingga dapat meningkatkan efektivitas mengajar dan belajar. Jadi efektivitas kurikulum adalah suatu konsep dinamis yang melibatkan siklus keberlanjutan dan proses perubahan kurikulum dan kompetensi guru, kurikulum dapat dikembangkan dan diubah secara efektif ketika guru (yang menerapkan) selalu dilibatkan dalam proses, kompetensi guru dapat dikembangkan tidak hanya untuk memuaskan pada tuntutan kurikulum yang ada atau kurikulum yang diubah melainkan juga untuk mengembangkan kurikulum yang lebih tepat untuk menyesuaikan karakteristik siswa, tujuan sekolah, dan kondisi sekolah, dan perubahan efektivitas kurikulum dapat dilibatkan tidak hanya pengelola pendidikan atau tenaga ahli dari luar tetapi juga guru-guru untuk membantu dalam menyusun perencanaan kurikulum dan pembuatan keputusan.
Melalui pengembangan struktur efektivitas kurikulum, perubahan kurikulum dapat dikategorikan ke dalam tiga macam pendekatan:
(1) pendekatan perubahan kurikulum simplistik.
 (2) pendekatan pengembangan kompetensi guru, dan
(3) pendekatan perubahan kurikulum dinamis.
B. Komponen Kurikulum
            Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi, pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan di uraikan masing-masing komponen tersebut.
Komponen tujuan
Yaitu arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan pendidikan. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori :
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan tujuan jangkan panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia.
Tujuan institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.
Tujuan kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.
Dengan tujuan yang jelas, dapat diupayakan berbagai kegiatan atau perangkat untuk mencapainya.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”..
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
 Isi dan Struktur Program atau Materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yarag diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-jenis bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Jadi, ia berdasarkan kriteria apa suatu bidang studi menopang tujuan int atau tidak. Berdasarkan kriteria itu, maka jenis bidang studi yang diberikan pada suatu sekolah, misalnya SMA, akan berbeda dengan sekolah yang lain.

Isi program suatu bidang studi yang diajarkan sebenamya adalah isi kurikulum itu sendiri, atau ada juga yang menyebutnya sebagai silabus. Silabus biasanya dijabarkan ke dalam bentuk pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran inilah yang dijadikan dasar pengambilan bahan dalam setiap kegiatan belajar mengajar di kelas oleh pihak guru, Penentuan pokok-pokok dan sub-sub pokes bahasan didasarkan pada tujuan instruksional.

TINGKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM

Tingkat Pengembangan
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dalam kadar kecil dan sangat terbatas, dan dapat pula secara meluas dan mendasar. Pengembangan kurikulum dapat berupa :
Substitusi
Pengembangan yang bersifat substitusi dapat berupa penggantian suatu buku pelajaran yang dinilai lebih baik.
Alterasi
Alterasi merupakan bentuk perubahan kurikulum, misalnya menambah atau mengurangi jam pelajaran untuk bidang studi tertentu, yang dapat mempengaruhi jam pelajaran studi lain.
Variasi
Perubahan kurikulum dalam bentuk variasi dimaksudkan untuk menerima dan menerapkan suatu metode.
Restrukturisasi
Restrukturisasi ialah bentuk perubahan kurikulum melalui pemberian peran baru kepada guru dengan dukungan tenaga dan fasilitas baru, seperti pengembangan team teaching
Orientasi baru
Meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan. Pendekatan pertama, menyusun paket pelajaran sedemikian rupa, sehingga guru hanya berperan sebagai pengatur distribusi bahan itusesuai dengan kecepatan anak. Bahan pelajaran itu dapat berupa modul atau berprograma. Pendekatan kedua, meningkatkan mutu guru sehingga mampu menjalankan tugas dengan memperbaiki kemampuannya yang dirasakan kurang atau lemah .

Mengetahui tujuan perbaikan
Hal pertama dalam mengembangkan atau memperbaiki kurikulum ialah mengetahui dengan jelas apa yang sebenarnya yang ingin dicapai,bagaimana cara mencapainya dan bagaimana melaksanakannya.
Mengenal kedaan sekolah
Hal kedua dalam mengembangkan atau memperbaiki kurikulum ialah mengenal keadaan sekolah yang akan menggunakan kurikulum yang dihasilkan
Mempelajari kebutuhan murid dan guru
Kurikulum diperbaiki karena adanya kesenjangan antara keadaan yang nyata dengan apa yang diharapkan oleh kurikulum ayau apa yang diinginkan siswa dan guru. Mengetahui kebutuhan siswa dan guru merupakan titik tolak bagi usaha perbaikan
PRINSIP – PRINSIP PENGEMBANGAN
Prinsip Relevansi
Pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan anak didik. Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan dating. Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orang tua mengharapkan anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya. Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan pengetahuan juga membuat maju ilmu pengetahuan dan teknologi.

Prinsip Efektivitas
Konsep efektivitas dapat dilihat dari dua sisi,yaitu :
Efektivitas mengajar pendidik, yang berkaitan dengan tingkat keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan.
Efektivitas mengajar anak didik, yang berhubungan dengan tingkat ketercapaian tujuan pengajaran melalui kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.

Prinsip Efesiensi
Efisiensi dalam proses belajar mengajar dapat tercipta apabila usaha, biaya, waktu dan tenaga yang digunakan dapat membuahkan proses dan hasil belajar yang optimal.

Prinsip Kesinambungan
Konsep ini memberikan beberapa makna, yaitu :
Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah yang menyangkut bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi sudah di ajarkan pada tingkat pendidikan yang lebih rendah dan bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat yang lebih rendah, tidak di ajarkan lagi pada tingkat yang lebih tinggi.
Kesinambungan di antara berbagai bidang studi, yang berkaitan dengan hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lain.

Prinsip fleksibilitas (keluwesan)
Prinsip ini di maknai dua konsep, yaitu :
Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan, yaitu berkaitan dengan pengadaan program – program pilihan yang dapat berbentuk jurusan,
spesialis yang dapat dipilih berdasarkan kemampuan yang minat siswa.
Fleksibilitas dalam pengembangan program pembelajaran yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada para pendidik dalam mengembangkan sendiri program – program untuk pencapaian tujuan dan bahan pengajaran yang bersifat umum.

Prinsip berorientasi bertujuan
Prinsip ini berarti langkah awal sebelum memilih dan mengembangkan komponen – komponen kurikulum ialah menetapkan tujuan.
MODEL KURIKULUM
SUB UNIT 1
Model Konsep Kurikulum
            Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan. Kurikulum dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai system, sebagai rencana.
            Ada 4 model kurikulum yang berkembang hingga saat ini, yaitu:
Model kurikulum subjek akademik
            Kurikulum subjek akademis merupakan model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Isi kurikulum adalah kumpulan bahan ajar atau rencana pembelajaran. Tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik terhadap materi merupakan ukuran untuk menilai keberhasilan belajar siswa. Penyusunannya relative mudah,praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme, esensialisme, berorientasi pada masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang baru.
                        Ditinjau dari isinya, Sukmadinata mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi 4 kelompok, yaitu:
Correlated Curriculum
Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran yang dihubungkan dengan pelajaran lainnya.
Unified atau Concentrated Curriculum
Unified atau concentrated curriculum adalah pola organisasi pelajaran yang tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu dan mencakup materi dari berbagai disiplin ilmu.
 Integrated Curriculum
Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka dalam pola ini warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak tampak lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu dan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit.
Problem Solving Curriculum
Problem solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran dan disiplin ilmu.

Model Kurikulum Humanistik
Model kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang lebih mementingkan proses daripada hasil.
Model Kurikulum Rekontruksi Sosial
            Model kurikulum ini lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat, kurikululum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri,tetapi merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerjasama. Kegiatan kerja sama, interaksi dan bersama tidak hanya dapat terjadi antara peserta didik dengan guru saja, tetapi dapat terjadi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan orang-orang yang ada di lingkungannya, dan sumber-sumber belajar lainnya. Karena melalui interaksi dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik dan sekolah bukan hanya dapat membantu berpastisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Kurikulum rekontruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum yang lain, tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda,diantaranya sebagai berikut:
Tujuan dan isi kurikulum
Setiap tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan pendidikan yang berbeda disesuaikandengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
Metode
Dalam pembelajaran rekonstruksi sosial pengembangan kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik dapat menggunakan minatnya untuk memecahkan masalah sosial. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar dibutuhkan kerja sama yang erat antara lembaga pendidikan dan masyarakat.
Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi era peserta didk juga dipartisipasikan, partisi[asi mereka terutama  dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan.


Model Kurikulum Teknologis
            Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain-lain. Dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette, film slide dan motion film, mesin pembelajar, komputer, CD room, dan internet.

SUB UNIT 2
Model Pengembangan Kurikulum
            Pengembangan kurikulum dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan top-down the administrative model dan (2) the grass root model.

Model Zais
Model ini dibagi atas empat model, yaitu:
The Administrative Model
            Model pengembangan kurikulum model ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak digunakan. Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggotanya terdiri dari pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan.
Model Dari Bawah (The Grass Root Model)
            Model dari bawah ini merupakan lawan dari model administrative. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum berasal dari bawah, yaitu para pengajar yang merupakan pelaksanaan kurikulum di sekolah-sekolah. Model ini mendasar pada anggapan bahwa penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya diikutsertakan pada kegiatan pengembangan kurikulum.
            Keuntungan model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan berbagai pihak bawah khususnya para pengajar.
Model Terbalik Hilda Taba (Taba’s Inverted Model) 
            Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya model ini disebut “model terbalik”. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini, yaitu:
Mengadakan unit-unit eksperimen kerjasama guru-guru. Didalam unit eksperimen ini diadakan studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktek. Ada delapan langkah kegiatan dalam unit eksperimen ini: 1. Mendiagnosis kebutuhan, 2. Merumuskan tujuan khusus, 3. Memilih isi, 4. Mengorganisasi isi, 5. Memilih pengalaman belajar, 6. Mengorganisasi pengalaman belajar, 7. Mengevaluasi, 8. Melihat dan keseimbangan.
Menguji unit eksperimen. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui dan kepraktisannya untuk kelas-kelas atau tempat lain.
Mengadakan revisi terhadap hasil unit eksperimen.
The Systematic Action-Research (Model Pemecahan Masalah)
            Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan social. Hal ini mencakup suatu proses yanh melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai asumsi tersebut, model ini menekankan pada tiga hal, yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat serta wibawa dari pengetahuan profesional. Penyusunan kurikulum dengan memasukkan pandangan dan harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan prosedur action-research.
MODEL ROGERS
            Ada beberapa model yang dikemukakan Rogers, yaitu jumlah dari model yang paling sederhana sampai dengan yang berikutnya, sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-model sebelumnya. Adapun model-model tersebut (ada empat model) dapat dikemukakan sebagai berikut:
Model I. model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran). Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi, dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi, model tersebut merupakan model tradisional yang masih dipergunakan. Model ini mengabaikan cara-cara (metode) dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan urutan atau organisasi bahwa pelajaran secara sistematis, suatu hal yang seharusnya dipertimbangkan juga.
Model II. Model ini dilakukan dengan menyempurnakan model I dengan menambahkan kedua jawaban pada pertanyaan (3 dan 4) tersebut, yaitu tentang metode dan organisasi bahan pelajaran.
Model III. Pengembangan kurikulum ini merupakanpenyempurnaan model II yang belum dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan (5 dan 6), yaitu: dengan memasukkan unsur teknologi pendidikan kedalamnya.
Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran hanya akan sampai pada
Model III. Padahal masih ada satu lagi masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu yang berkaitan dengan masalah tujuan.
Model IV. Merupakan penyempurnaan model III, yaitu dengan memasukkan tujuan kedalamnya. Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik metode, organisasi bahan ajar, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan penilaian yang dilakukan.
SUB UNIT 3
Pendekatan Pengembangan Kurikulum
            Pendekatan pengembangan kurikulum  adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Pendekatan Bidang Studi/Pada Bahan Pelajaran
Mula-mula pelaksanaan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasarkan materi, inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh pemilihan materi, pendekatan ini diterapkan Indonesia dalam kurikulum sebelum tahun 1975. Kelebihan pendekatan ini adalah bahan pengajaran lebih fleksibel dan bebas dalam menyusun, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan pengajaran yang sesuai dengan tujuan, kelemahannya adalah tujuan pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai untuk pengajaran.
Pendekatan Berorientasi Pada Tujuan
Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral,sebab tujuan adalah memberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, penyusunan dengan pendekatan berdasarkan tujuan,bahwa tujuan pendidikan dicantumkan terlebih dahulu, dari tujuan ini menjadi yang terperinci.
Pendekatan Dengan Pola Orientasi Bahan
Pendekatan Rekontruksionalisme
Pendekatan Humanistik
Pendekatan Akuntabilitas (accountability)
Pendekatan ini yaitu suatu sistem yang akuntabil menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu, selain akuntabil disini yaitu suatu keadaan untuk dipertanggungjawabkan.
BAB I ORGANISASI KURIKULUM        
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum Berbasisi Kompetensi berisi seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional, cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah, sekolah atau madrasah.
Ada dua struktur yang dikembangkan dalam pengorganisasian dan penyelenggaraan kurikulum, yaitu struktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan masalah pengorganisasian atau penyusunan materi yang akan ditransformasikan kepada peserta didik dalam pola atau bentuk tertentu.Sedangkan struktur vertical berhubungan dengan system-sistem pelaksanaan kurikulum sekolah, yang antara lain meliputi pengaturan kelas dan alokasi waktu.

Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam pengorganisasian kurikulum merupakan suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan diberikan pada peserta didik. Dalam dunia pendidikan dikenal ada tiga jenis pola organisasin kurikulum, yakni: separate-subject-curriculum, correlated-curriculum, dan integrated-curriculum. Dalam prakteknya tidak pernah dijumpai satu bentuk kurikulum yang murni melainkan terdapat modifikasi dari ketiga pola tersebut.
Separated-Subject Curriculum (kurikulum terpisah)
Konsep dasar separate subject curriculum
Separate-Subject curriculum merupakan organisasi kurikulum yang tertua dan banyak digunakan di berbagai negara.Separate-Subject curriculum adalah organisasi materi pendidikan dalam bentuk mata-mata pelajaran yang disajikan dan diberikan kepada peserta didik secara terpisah. Mata-mata pelajaran itu biasanya berupa pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan logis yang diberikan sesuai ndengan jenjang-jenjang tertentu. Di Indonesia, organisasi semacam ini dijumpai pada kurikulum1968.
Penyusunan separate-subject curriculum biasanya dilakukan tim pengembang yang telah ditunjuk di tingkat nasional. Hal yang penting dalam pengorganisasian kurikulum adalah pengurutan(sequence)bahan pelajaran.
Persoalan yang muncul sebagai akibat pengorganisasian kurikulum yakni Pertama,karena dibangun oleh tim khusus,apalagi tingkat nasioanal,maka bisa dibayangkan adanya keseragaman yang terjadi. Padahal daerah di Indonesia ini sangat berbeda kondisinya.Kedua,keberadaan buku paket sering menimbulkan salah penyikapan bahwa kurikulum itu buku pelajaran
Kelebihan Separate-Subject Curriculum

Bahan pelajaran tersajikan secara logis dan sistematis
Penyusunan bahan pelajaran menggunakan urutan yang tepat,dari yang mudah menuju yang sukar,dari yang sederhana menuju yang kompleks.Sehingga kurikulum ini memudahkan guru dalam menyajikan materi,dan lebih efektif dan efisien karena pihak sekolah dan guru tinggal menyampaikan saja.
Organisasi kurikulum sederhana serta mudah direncanakan dan dilaksanakan
Karena penyusunan bahan hanya sebatas mata pelajaran itu saja,menjadikan kurikulum ini mudah disusun dan dilaksanakan oleh para pengembang maupun para guru.Kurikulum ini mudah ditambah maupun dikurangi. Apa yang mau di ajarkan sudah ditentukan lebih dahulu ,sehingga guru  dapat menyesuaikan jumlah waktu yang ditentukan  dengan bahan pelajaran yang tersedia.
Kurikulum mudah dinilai
Tujuan kurikulum ini menyampaikan sejumlah pengetahuan,pengertian,dan kecakapan-kecakapan tertentu yang mudah dinilai dengan tes.Bahan pelajaran pu bisa ditentukan suatu daerah bahkan negara. Sehingga memudahkan dilakukan ujian umum yang sama dan memperoleh data seandainya diperlukan perubahan-perubahan. Perubahan di sini maksudnya apabila materi sudah tidak sesuai dengan tuntunan
Kelemahan Separate-Subject Curriculum
Mata pelajaran terpisah-pisah
Kurang memperhatikan masalah kehidupan sehari-hari
Cenderung statis dan ketinggalan zaman
Tujuan kurikulum sangat terbatas
CORRELATED SUBJECT CURRICULUM
Konsep Dasar Correlated Subject Curriculum

            Correlated Curriculum ini diciptakan untuk mengolola hubungan atau kaitan antara mata pelajaran sata dengan yang mata pelajaran lain, sebagai mana kita hidup didalam dunia ini pasti tidak akan terlepas dari hubungan antara satu sama lain, jika kita tidak bergantung pada orang lain maka orang tersebut tidak mempunyai hubungan baik dengan orang lain, begitu juga dengan mata pelajaran yang akan kita ajarkan pada anak murid kita nanti, pasti akan selalu berhubungan antara satu sama lain, oleh karena itulah kurikulum diciptakan, dengan adanya kurikulum qakan dapat memberikan pengalaman belajar yang akan dapat menghubungkan satu sama lainnya.

Upaya menghubungkan antarmata pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antaranya sebagai berikut :
Menghubungkan secara incidental
Pengaitan antarmata peljaran terjadi karena kasus kebetulan saja, tidak ada perencanaan yang dilakukan, semuanya terjiadi begitu saja, seorang guru menjelaskan mata pelajaran yang sedang dibahasnya itu, kemudian guru tersebut mengaitkannyan dengan mata pelajaran lain, ketika di mencocokkan kurikulum ternyata pelajaran yang dibahasnya tersebut memang ada hubungannya antara satu sama lain.
Menghubungkan secara lebih erat dan terencana
Cara menghubungkannya dilakukan secara terencana, bukan hanya kebetulan saja, seorang guru yang akan mengajarkannyan memang telah menyoroti dari berbagai kurikulum mata pelajaran apakan yang akan mereka kaitkan, dan pengaitan ini tentu lebih akan bagus karena semuanya telah direncanakan, dan pembahan yang akan dibahas disina adalah hasil penyorotan yang telah dilakukan pada semua mata pelajaran, sehingga menimbulkan sebuah topic yang akan pantas untuk dibahas dan akan menghasilkan penggabungan yang sempurna.
Menghubungkan beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas yang ada
Penggabungan yang dilakukan pada poin ini adalah menggabungkan mata pelajaran tanpa batas, misalnya pelajran ips, itu adalah penggabungan pelajran yang tanpa btas, banyak sekali peljaran yang telah digabung kedalam IPS tersebut. Tapi kenyataan dilapangan masih menunjukkan bahwa penggabungan ini masih pada sebatas kumpulan pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang bahan/,ateri pelajarannya dikurangi.
Kelebihan Correlated Curriculum
Mendukung keutuhanpengetahuan dan pengalaman belajar murid
Memungkinkan penerapan hasil belajar yang lebih fungsional
Meningkatkan minat beljar siswa
Kelemahan Correlated Curriculum
Kurikulum masih bersifat subject curriculum centered
Kurang memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
Menuntut pendekatan interdisipliner
INTEGRATED CURRICULUM

Konsep Dasar  Integrated Curriculum
Ciri pokok dari integrated curriculum ini adalah tiadanya batas atau sekat antar mata pelajaran. Integrarasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada satu permasalahan, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu pada topic tertentu.

Ada beberapa karakteristik dari integrated curriculum, dan ciri-cirinya yaitu :
Merupakan kesatuan utuh bahan pelajaran
Unit disusun berdasarkan kebutuhan anak didik, yang bersifat pribadi maupun sosial, baik yang mengangkut kejasmanian maupun kerohanian.
Memecahkan masalah dengan metode4 berpikir alamiah., yang dilakukan dengan langkah-langkah :
Merumuskan masalah
Mencari jawaban derngan mencari dan mengumpulkan  keterangan-keterangan dari buku atau sumber lain.
Menganalisis, mengamati dan melakukan percobaan.
Mengambil kesimpulan, dan
Melakukan tindakan sesuai dangan hasil yang diperoleh.
Unit mempergunakan dorongan-dorongan sewajarnya dengan melandaskan  diri pada teori-teori  belajar.
Pelaksanaan unit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dari pada model pelajaran biasa. Untuk memecahkan satu masdalah bisa jadi diperlukan waktu berjam-jam.

Kelebihan  Integrated Curriculum

Segala hal yang di[pelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.
Sesuai dengan teori baru mengenai belajar yang mendasarkan pada pengalaman, kematangan, dan minat anak.
Memungkinkan hubungan yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat.

Kelemahan Integrated Curriculum

Tidak mempunyainorganisasi yang logis dan sistematis.
Para guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk unit.
Pelaksanaan kurikulum unit sangat memerlukan waktu.
Struktur  Vertikal
Pelaksanaan Kurikulum dengan/dan Tampa Sistim Kelas
1.Sistem Kelas
            Sistem ini menerapkan kurikulum dilaksanakan kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu, misalnya di SD terdapat kelas 1 sampai dengan 6, di SMP/MTs terdapat kelas 7-9, dan di SMA/MA terdapat  kelas 10-12. Adanya  sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksnakannya sistem kenaikan kelas pada tiap tahun.
            Segi kelogisan, kesistematisan, dan ketepatan dalam penjenjangan bahan pelajaran yang harus diajarkan merupakan kelebihan dari sistem kelas. Selain itu, sistem ini juga memberikan kemudahan dalam hal penyusunan, pengenbangan, penilaian kurikulumyang digunakan.Kelemahan pada sistem kelas di antaranya terletak pada timbulnya efek psikologis siswa (juga orang tua) yang tidak naik kelas.Sistem kelas menuntut penataan materi pelajaran  secara sistematis logis, dan terukur.
2. Sistem Tampa Kelas
            Pelaksanaan kurikulum dalam sistem tampa kelas tidak mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan untuk berpindah program setiap waktu tampa harus menunggu kawan-kawannya.
            Keunggulan sistem ini terletak pada kebebasan yang di miliki siswa.Siswa boleh memilih tingkat-tingkat program sesuai dengan kemampuan yang di milikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan perbedaan antarindividu. Sedangkan kelemahan sistem  ini  menyangkut subtansi  isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan pendidikan secara makro di Indonesia.Dengan melihat berbagai kemungkinan yang di timbulkan oleh sistem, tampaknya sulit untuk dapat menerapkan sistem tampa kelasdalam sistem pendidikan di Indonesia, yang umumnya menggunakan sistem kelas.
3.Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tampa Kelas
            Dengan memperhatikan kelebihan dari sistem kelas dan sistem tampa kelas, sebetulnya keduanya dapat dikombinasikan. Dengan sistem kombinsi ini, anak yang memiliki tingkat kepandaian tertentu (tinggi) di beri kesempatan untuk terus maju.Namun, tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya sama sekali. Sistim pendidikan seperti ini dapat di sebut sebagai sistem  penggajaran modul. Dengan  sistem modul, anak yang memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat  lebih dahulu menamatkan sekolah di bandingkan teman-temanya.  
SISTEM UNIT WAKTU
            Sistem unit waktu yaitu menyangkut bagaimana waktu dalam bentuk caturwulan/semester dalam 1 tahun pada tiap-tiap kelas.misalnya : SD 6 tahun dari kelas 1-6,SMP 3 tahun dari kelas 1-3,dan SMA 3 tahun dari kelas 1-3.
Sistem caturwulan
Sistem semester
PENGALOKASIAN WAKTU
Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran

Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yaitu :
a . Besar kecilnya peranan suatu mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Mata pelajaran yang besar peranannya harus di beri jatah waktu yang lebih dari peljaran lain.Namun ,ini bukan berarti menganakemaskan suatu mata pelajaran tertentu dan menganaktirikan pelajaran lain.Hal itu semata-mata telah di dasarkan pada penempatan suatu mata pelajaran sesuai kedudukannya secara proporsional dan logis.
b. Keluasan ,kompleksitas ,dan taraf kesulitan masing-masing mata pelajaran.
Untuk mata pelajaran yang cakupannya luas,ia perlu diberi jam/waktu yang lebih banyak.Yang menentukan keluasan dan kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi dan spesialisasi lembaga sekolah itu.
c. Peranan mata pelajaran dalam penyiapan lulusan suatu sekolah  sesuai dengan misinya.
Berdasarkan misi, di kenal ada sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah di atasnya,ada pula yang menyiapkan lulusannya langsun terjun ke dunia kerja.Bagi sekolah yang menyiapkan lulusannya untuk studi ke jenjang diatasnya tentu akan memberi porsi waktu yang lebih terhadap mata pelajaran yang bersifat keilmuan.Sebaliknya,sekolah yang mentiapkan lulusannya terjun ke dunia kerja akan memberi jam yang lebih banyak pada mata pelajaran  yang menekankan pada keterampilan kejuruan.
Pengalokasiaan waktu untuk pokok –pokok bahasan tiap mata pelajaran
Strategi Pelaksanaan Kurikulum
Cara-cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan suatu kurikulum di sekolah adalah:
Pelaksanaan Pengajaran
Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya,atau suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses menekankan terlaksananya komunikasi dua arah (guru dan murid) serta adanya peran aktif  pada diri guru dan murid. Sehingga apa yang diperoleh siswa dapat memahaminya lebih mendalam.


Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok yaitu kegiatan intrakurikuler,kokurikuler,dan ekstrakurikuler.
Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan inti yang diterapkan disetiap sekolah untuk memudahkan siswa dan guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Kegiatan intrakurikuler diterapkan sesuai dengan silabus yang telah ditentukan atau disepakati.
Kegiatan Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler merupakan kegiatan diluar jam pelajaran sekolah agar siswa lebih menghayati dan mendalami apa yang dipelajari pada kegiatan intra kurikuler. Misalnya:guru memberikan tugas pada jam peajaran sekolah. Kemudian tugas tersebut susah untuk dimengerti. Kemudian pada kegiatan kkokurikuler siswa mendiskusikan kembali tugas tersebut . Kegiatan ini bisa dilaksanakan secara individu atau kelompok, Yang perlu diperhatikan,pada kegiatan ini tidak menggangu pelajaran ini dengan pelajaran yang lain.
Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan waktu libur sekolah yang dilakukan baik disekolah ataupun diluar sekolah. Tujuannya untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa,menyalurkan bakat dan minat siswa. Contoh: kegiatan olahraga seperti bola basket,bola voli,pencak silat,pramuka,dll
Perbedaan kegiatan intrakurikuler dengan kegiatan ekstrakurikuler adalah:
Kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler  lebih bersifat sebagai kegiatan penunjang untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa.
Waktu pelaksanaannya,kegiatan intrakurikuler  pasti dan tetap dilaksanakan disekolah terus menerus sesuai dengan kalender akademik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler tidak pasti bergantung pada sekolah yang bersangkutan.
Bimbingan Karier
Bimbingan karier merupakan kegiatan bimbingan dari guru kepada siswa untuk membantu para siswa dalam memahmi dirinya sendiri,lingkungan sekitar,dan masa depannya.
 Penilaian
Penilaian untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai setelah semua kegiatan pembelajaran berakhir. Semuanya meliputi keseluruhan proses maupun hasil yang dicapai dalam kegiatan intrakurikuler,kokurikuler,dan ekstrakurikuler.
Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Administrasi pendidikan disekolah berhubungan dengan pengaturan prose pembelajaran,peralatan,dan pemeliharaan gedung,dsb. Supervisi pendidikan merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Sub unit 1
Peran Pengembangan Kurikulum Sekolah
            Pengembangan kurikulum terdiri dari dua kegiatan yang berbeda yaitu terdiri dari pengembangan dan pembinaan.
            Peran pengembang kurikulum sekolah berkaitan dengan kegiatan untuk menghasilkan kurikulum, sedangkan pembinaan kurikulum berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan kurikulum dan pemotretan pelaksanaan. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sudah ada, supaya hasilnya maksimal. Dalam penetapan siapa saja tim pengembangan kurikulum tidak dapat dilepaskan dari model pengembangan kurikulum yang di anut. Ada dua model pengembangan kurikulum yaitu model administrasi dan model Grass Roots.
Peran Kepala Sekolah
            Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah. Padanyalah kebijakan dan keputusan mengenai berbagai hal. Seorang tenaga fungsional guru diberi tugas untuk memimpinsuatu sekolahdimana di selenggarakan proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru dan murid.
            Secara umum, peran dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut :
Peran sebagai manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen sekolah. Kepala sekolah mengkoordinasikan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan segenap usaha pencapaian tujuan pendidikan. Kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumberdaya sekolah dalam rangka mewujudkan visi misi dan mencapai tujuannya.
Peran sebagai inovator
Sebagai tokoh penting disekolah, kepala sekolah harus mampu melahirkan ide-ide baru yang kreatif. Kepala sekolah mampu menghadirkan inspirasi dan ide pembaharuan, sehingga program sekolah ( kurikulum ) yang di jalankan senantiasaaktual.
Peran sebagai fasilitator
Dalam pengembangan kurikulum, pelaksana teknis pengembangan biasanya tidak langsung oleh kepala sekolah melainkan oleh tim khusus yang di tunjuk. Kepala sekolah juga harus membantu mengatasi persoalan, melayani konsultasi tim.


Peran Guru Dalam Mengembangkan Kurikulum sekolah
            Peran guru dalam mengembangkan kurikulum sekolah kalau kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah.Maka guru merupakan tokoh sentral dalam menyelenggarakan layanan pendidikan,barulah pemeran pertama aktifitas sekolah,karena itu tugas guru merupakan profesi yang menuntut keahlian.
Sub unit 1
Peran Komite Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum Sekolah.
Dalam keputusan Menteri Pendidikan Nasional no 044/U/2002. Komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah , jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembentukan komite sekolah bertujuan:
Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan sekolah.
Meningkatkan tanggung jawab dan peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
Menciptakan suasana dan kondisi yang transparan , akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaran dan pelayanan pendidikan sekolah yang berkualitas.
STRATEGI PENGEMBANGAN
Prinsip Pengembangan Kurikulum
            Dalam pengembangan kurikulum juga menggunakan berbagai prinsip yang di jadikan sebagai asas dasar dalam perkembangan kurikulum tersebut, prinsip-prinsip perkembangan kurikulum diantaranya:
Peningkatan keimanan dan budi pekerti
Keseimbangan logika,etika, estetika dan kinestetika
Penguatan integritas nasional
Pengembangan pengetahuan dan teknologi informasi
Pengembangan kecakapan hidup
Pilar pendidikan
Komprehensif dan berkesinambungan
Belajar sepanjang hayat
Diversifikasi pengembangan kurikulum
           
Strategi Pengembangan Kurikulum
1.Mengubah Sistem Pendidikan
            Mengubah sistem pendidikan hanya bisa dilakukan oleh pihak berwenang, yaitu pemerintah pusat diantaranya Depdiknas, perubahan ini akan dilakukan secara seragam oleh semua sekolah, contohnya perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP, perubahan ini di koordinasi oleh pemerintah pusat dengan menjelaskan petunjuk pelaksanaan  dan buku pedoman. Tujuan dari pengembangan kurikulum agar pesera didik mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki. Perubahan sistem pendidikan oleh pemerintah juga terdapat kelemahan , karna pemerintah tidak terjun dan  berhadapan langsung dengan para peserta didik, dan juga agar setiap sekolah dan setiap satuan pendidikan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan dan dapat memenuhi standar nasional pendidikan.
4. Supervisi
            Supurvisi yaitu memberi pelayanan kepada guru agar dapat melakukuan pembelajaran lebih efektif.
5. Reorganisasi Sekolah
            Reorganisasi ini diadakan bila sekolah ingin merombak seluruh cara mendidik  yang lama dengan cara mendidik yang baru.
6. Eksperimen dan Penelitian
            penelitian atau riset pendidikan belum cukup banyak dilakukan di Negara kita ini, hasil penelitianpun tidak langsung bisa di terapkan karena butuh waktu yang cukup lama untuk dapat diterima oleh khalayak luas.
Pengembangan KTSP
Hakikat pengembangan KTSP
Pengembangan KTSP sudah didahului dengan pengembangan kurikulum yang lebih tinggi yaitu kurikulum tingkat nasional, dan hasil pengembangan kurikulum tingkat nasional ini selanjutnya dijadikan sebagai  landasan, bahkan acuan dalam mengembangkan KTSP.
Ada beberapa pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan pengembangan KTSP yaitu: guru, siswa, orang tua/wali siswa, pakar kurikulum,komite sekolah dan pihak lainnya.hal ini berarti dalam pengembangan kurikulum pihak sekolah memiliki kewajiban untuk mensosialisasikan terlebih dahulu kegitan tersebut kepada pihak terkait.


Komponen kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP)
Kurikulum merupakan sebuah program yang direncanakan secara sistematis, yaitu perangkat rencana dan pengaturan menganai tujuan, isi, dan bahan pengajaran. Komponen-komponen KTSP sebagai berikut :
Visi dan misi satuan pendiddikan
Menurut Morrisey, visi adalah representasi apa yang diyakini sebagai bentuk organisasi masa depan dalam pandangan pelanggan karyawan, pemlik lainnya.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah ditetapkan.
Struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Strukr KTSP memuat mata pelajran
Syarat Perencanaan Pembelajaran
            Yang dimaksud dengan syarat perencanaan pembelajaran adalah seperangkat pengetahuan atau kemampuan yang harus dimiliki perancang pembelajaran, yang meliputi : (1) kemampuan analitik, (2) kemampun pengembangan dan (3) kemampuan pengukuran.
Kemampuan Analitik
            Kemampuan Analitik adalah kemampuan seseorang melakukan analisis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan atau perbuatan, dsb) untuk mengetahui sebab-sebabnya, duduk perkaranya  dsb. Sehingga menganalisis berarti menyelidiki dengan menguraikan bagian-bagiannya dsb. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dalam rangka memprediksi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran adalah :
1. Tujuan belajar dan karakteristik mata pelajaran
            Tujuan adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sangat bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar mereka untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Kendala dan sumber-sumber belajar yang tersedia
            Tujuan atau indikator merupakan syarat utama dalam menetapkan perencanaan pembelajaran. Namun demikian, kita tidak bisa mengabaikan kendala dan sumber-sumber belajar yang tersedia. Misalnya, secara idealis menurut indikator yang akan dicapai maka metode yang akan dipilih adalah metode praktikum dengan menggunakan alat-alat laboratorium. Dalam pelajaran IPA, misalnya terdapat kompetisi dasar yang menjelaskan perlunya memelihara lingkungan di sekitar rumah dan sekolah. Selanjutnya, guru menetapkan sebagian indikatornya
3. Karakteristik siswa
            Siswa adalah individu yang unik, tak ada dua orang yang sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu sama dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada fisik,psikis,kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan itu berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Menetapkan tujuan dan isi pembelajaran
            Tujuan pembelajaran adala kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri, berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petujuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pembelajaran yang digunakan. Guru sendiri adalah sumber uama tujuan bagi para siswa, dan kita sebagai guru harus mamu memilih dan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran yang bermakna dan terukur. Tujuan adalah rumus yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.
Menetapkan strategi berorganisasi isi pembelajaran
Aspek-aspk materi
Istilah-istilah tersebut memiliki makna sebagai berikut:
Konsep adalah suatu ide atau gagasan yang dituangkan dalam kurikulum.
Prinsip adalah suatu poko pikiran yang akan dituangkan kedalam pikiran.
Fakta adalah suatu kejadian yang terjadi secara nyata.
Kriteri pemilihan materi pembelajaran
Beberap kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih materi pembelajaran:
Krikteria tujuan instruksional maksudnya: materi yang akan di pilih sesuai tujuan pembelajaran
Materi pembelajaran supaya terjabar maksudnya: materi pembelajaran yang i singkat berdasarkan tuntutan setiap tujuan pembelajaran.
Relevan dngan kebutuhan siswa adalah: materi yang kita ajarkan kepda siswa sesuai denga sikap dan potensi yang dimiliki sisw tersebut (potensi, sikap, nilai, dan keterampilan)
Menetapkan strategi penyampain pembelajaran
            Ad empat strategi pembelajaran yang perlu diketahui oleh gru atau calon guru. Keempatnya ialah pembelajaran penerimaan, pembelajran penemuan, pembeljaran penguasaan, dan pembelajaran terpadu.
Pembelajaran penerimaan (reception learning)
Pembelajaran penemuan ( discovery learning)
Pembelajaran penguasaan (materi learning)
Pembelajarn terpadu (unit learning)
PENGeRTIAN DAN FUNGSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Pengertian perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil penukiran awal seorang guru sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu ada harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang sama meliputi: pemilihan materi, metode, media, dan alat silabus.
FUNGSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Salah satu faktor yang membawa keberhasilan guru adalah senantiasa membuat perencanaan pengajaran , sebelumnya, pada garis besar perencanaan pembelajaran itu bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran .
Secara ideal tujuan perencanaan pembelalara adalah menguasai sepenuhnya bahan dan materi ajar , metode dan penggunaan alat dan pelengkapan penbelajaran , mnyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola , alokasi waktu yang tersedia serta membelajarkan siswa sesuia yang di programkan .
MENETAPKAN STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran di dalam kelas ada dua macam kegiatan pokok yang harus di lakukan guru secara bersama-sama  yaitu pengelolaan pembelajaran dan pengolaan kelas.pengelolaan  Pembelajaran atau mengajar adalah menggerakkan siswa untuk mencapai tujuan intruksional.
Sedangkan pelaksanaanya kelas adalah menciptakan dan mempertahankan kondisi agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efesien. Pegelolaan kelas tidak langsung mencapai tujuan pembelajaran seperti  halnya pengelolaan pembelajaran, tetapi membuat kondisi supaya pengelolaan pembelajaran
PENGEMBANGAN DAN PROSEDUR PEGUKURAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian meliputi semua aspek batas batas belajar. Menurut schartz dkk penilaian adalah suati perogram untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah atau suatu pengalaman. Yang di maksud dengan pengalaman adalah pengalaman yang di peroleh berkat pendidikan, atau sebagai hasil belajar siswadi sekolah. Pengalaman tersebut tampak peda perubahan tingkah laku tau pla kepribadian siswa. Dalam hal ini, penilaian adalah sutu upaya untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan atau tujuan belajar.
Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar. Secara sistematik, evaluasi pembelajaran diarahkan pada kompnen-komponen sistem pembelajaran, yang mencangkup:
Komponen imput, yaitu perilaku awal siswa.
Komponen imput instrumental, yaitu kemampuan profesional guru/tenaga kependidikan.
Komponen kurikulum ( program studi, metode, media)
Komponen administratif ( alat, waktu, dana)
Komponen proses yaitu proedur pelaksanaan pembelajaran, serta
Komponen output, yakni hasil pembalajaran yang menandai tercapinya tujuan pembelajaran.
Teknik dan alat evaluasi
Teknik metode atau alat evalasi adalah segala macam cara atau prosedur yang ditempuh memperoleh keterangan tau data yang dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan penilaian. Teknik yang digunakan dalam penilaian akan sangat mempengaruhi kualitas hasil yang di peroleh. Mengingat evaluasi bertijuan untuk mendapat kan gambaran yang lengkap dari sisw, maka teknik pengujian yang di lakuakan harus di upayakan selaras dengan potensi siswa.
Langkah –langkah perencanaan pembelajaran
“Pengantar”
            Setelah anda memahami yang harus dimiliki guru dalam perencanaan, anda di minta memahami langkah – langkah perencanaan pembelajaran . hal ini untuk membekali anda dalam membuat silabus dan RPP pada unit berikutnya:
            Pada subunit 3 ini anda akan diajak membahas langkah –langkah perencanaan pembeljran yaitu: (1) Menganalisis tujuan dan karakter mata pelajran, (2) menganalis sumber belajar dn kedalamnya, (3) menganalisi karakter siswa (4) menetapkan tujuan dah isi pembelajaran.
Analisis tujuan dan karakter mata pelajaran
            Tahap awal dalam proses desain mata pembelajaran adalah merumuskan dan menulis tujuan pembelajaran tujuan pengajaran dalah suatu deskripsi mengenai perilaku yang diharapkan dapat dapat di capai oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung antara tujuan pegajaran (intracsional goul) dan tujuan belajar ( learning objektives ) memang ada. Perbedaan , tetapi keduanya memiliki hubungan yang sangt erat dan hambatan-hambatan praktis yang mungkin dihadapi oleh siswa dan guru juga menjadi dasar pertimbangan.
Analisis karakteristik siswa
            Gar dapat merencnakan pembelajaran dengan baik, kita sebagai guru hendaknya memahami kondisi individu siswa, semangat/motivasi belajar, dan perbedaan karakter  siswa secar umum. Pada hakikatnya setiap indivdu adalah suatu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik, satu dengan yang lainnya.
Kemampuan Pengembangan
            Kemampuan  pengembangan adalah kemampuan untuk memilih, menetapkan, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang paling tepat untuk mencapai hasil belajar yang optimal.Komponen strategi belajar mengajar mencangkup: guru, siswa, tujuan, bahan pelajar, metode, media,alat evaluasi, dan situasi atau lingkungan.Secara garis besar, pendekatan belajar mengajar dapat di bedakan menjadi dua yaitu pendekatan konsep dan pendekatan proses..
Pendekatan keterampilan proses relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA). Begitu sebaliknya, bahwa CBSA dapat pula terjadi pada waktu siswa mempelajari konsep, fakta dan prinsip. Biasanya belajar konsep di ikuti dengan kadar keaktifan siswa.yang rendah.Sedangkan belajar keterampilan proses biasanya di ikuti dengan kadar keaktifan siswa yang tinggi, dan cenderung bermodus discovery.Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan melibatkan metode, bukan lah tujuan , melainkan cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Untuk itu tidak mungkin membicarakan metode tanda mengetahui tujuan yang hendak mencapai. Hal tersebut mengingatkan kita bahwa sebenarnya tidak ada metode mengajar yang palin baik atau paling buruk.Metode berbeda dengan tehnik, metode bersifat, sedangkan tehnik bersifat implementatif. Implementatif artinya bahwa tehnik merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru ) untuk mencapai tujuan.
Factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan metoda instruksional antara lain: (1) tujuan instruksional, (2) kemampuan guru, (3) kemampuan siswa, (4) jumlah siswa, (5) materi, (6) alokasi waktu, dan (7) fasilitas belajar yang tersedia. Didalam tujuan instruksional terdapat kempetensi yang di harapkan di kuasai sisawa di akhir pembelajaran.Kemampuan guru merupakan prtimbangan di dalam pemilihan metode, sebab gurulah yang melakukan pembelajaran. Guru harus memperhatikan kemampuan intelektual siawa, sehingga metode yang di gunakan pun membuahkan proses dan hasil belajar yang tinggi .
Jumlah siswa perlu diperhatikan dalam menentukan metode.bila jumlah siswa banyak maka, yang lebih efisiaen ialah metode ceramah dan tnya jawab di bandingkan dengan metode yang lain. Misalnya , karena suatu hal , waktu belajar siswa banyak digunakan kegiatan lain. Pemilihan metode harus memegang pada prinsip-prinsip antara lain : (1) efektif dan efisien, (2) digunakan secara berfariasi, (3) diterapkan dengan memadukan beberapa metode. Perlu di ketahuai juga bahwa didalam memandang keunggulan dan kelemahan metode perlu dipikirkan pula prinsip-prinsip belajar, seperti prinsip: (1) motivasi, (2) keaktivan, (3) umpan balik dan penguatan , serta (4) kecepatan belajar.Motifasi adalah pendorong tinkah laku siswa kearah tujuan tertentu .keaktifan siswa akan menurun jika tidak mendapatkan umpan balik, sehingga penguatan perlu di berikan atas upaya yang dilakukan siswa.
Kemampuan pengukuran
Kemampuan pengukuran adalah kemampuan untuk menetapkan tingkat keefektifan , keefesienan, dan daya tarik rancangan pembelajaran. Dengan kemampuan pengukuran diharapkan perancang pembelajaran dapat meminimalisasi terjadinya  kesalahan dalam penilaiaan. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran ialah kesalahan dalam: (1) observasi, (2) alat ukur, (3) proses pengukuran, (4) menilai pengaruh pekerjaan-pekerjaan yang mendahului, (5) kecenderungan seseorang untuk menilai lebih rendah atau lebih tinggi, (6) pengaruh dari kesan-kesan luar, serta (7) pengaruh dari “hallo effect”
Dengan penilaian yang menggunakan prinsip-prinsip di atas, sistem penilaian diharapkan dapat: (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong  peserta didik untuk belajar, (3) memotivasi tenaga pendidik dalam mengaja, (4) meningkatkan kinerja lembaga, serta (5) meningkatkan kualitas pendidikan.


PENGEMBANGAN KURIKULUM
Hakikat Pengembangan Kurikulum
Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan dalam kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Semua itu hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan yang ada. Munculnya undang – undang baru membawa implikasi baru  terhadap paradigma dalam dunia pendidikan.
Peran Pengembangan Kurikulum
instrument untuk mengkonservasi kebudayaan suatu bangsa. Tanpa kurikulum yang baik, kebudayaan suatu bangsa bisa musnah, karena tidak ada institusi yang berusaha melestarikannya.
Peran Kritis dan Evaluatif
Artinya, suatu kurikulum dapat dengan kritis menilai, mengevaluasi, dan memilih nilai – nilai positif yang peru di lestarikan dan diwariskan kepada peserta didik.
Peran Kreatif
Dalam hal ini, kurikulum juga harus mampu menciptakan kreasi – kreasi baru dalam kaitannya. Misalnya, dengan kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya
Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum
Makna Perubahan Kurikulum
Kurikulum dapat juga diartikan sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. Kurikulum disini berarti mengubah semua yangterlibat di dalamnya, yaitu guru, murid, orang tua, kepala sekolah dan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan sekolah. Ini berarti perubahan kurikulum adalah perubahan sosial
Perubahan dan Pengembangan
Pengembangan berarti meningkatkan nilai atau mutu. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan, yang mungkin membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan.pengembangan selalu dikaitkan dengan penilaian. Pengembangan diadakan untuk mengangkat nilai. Untuk melakukannya didasarkan kriteria tertentu. Perbedaan criteria akan memberi perbedaan pendapat tentang baik buruknya keadaan itu.
Bagaimana Terjadinya Perubahan
Menurut para sosiologi, perubahan terjadi dalam 3 fase,yaitu :
Fase inisiasi , yaitu : taraf permulaan ide perubahan itu  dilancarkan, dengan menjelaskan sifat, tujuan, dan cakupan perubahan yang ingin dicapai.
Fase legitimasi, yaitu : ketika orang mulai menerima suatu perubahan
Fase kongruensi, yaitu : sewaktu orang mengadopsi perubahan tersebut dan menyamakan pendapatnya selaras dengan pikiran para pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima dan pencetus perubahan.
Perubahan Guru
Dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru lembaga pendidikan tenaga kependidikan, terutama melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Penguasaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah.  Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang dan jenis sekolah yang ada sekarang ini, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana.
Mengubah Lembaga atau Organisasi
Kelambanan Perubahan dalam Pendidikan
ISI PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ada 2 hal yang harus di perhatikan dalam kaitannya dengan isi dalam pengembangan kurikulum yaitu :
Isi kurikulum didefinisikan sebgai bahan atau materi belajar dan mengajar. Bahan ini tidak hanya berisikan informasi factual,tetapi juga mencakup pengetahuan , keterampilan, konsep, sikap, dan nilai.
Dalam proses belajar mengajar ada dua elemen kurikulum yang berinteraksi secara konstan yakni isi dan metode. Ketika keduanya dipisahkan menjadi elemen- elemen kurikulum, masing – masing dapat dinilai dengan criteria yang berbeda.
Persoalan – persoalan yang berhubungan dengan penyelesaian isi atau bahan
Beberapa masalah dalam menyeleksi isi. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, para pengembangan kurikulum perlu :
Mengadops prosedur rasional dalam memilih isi.
Menentukan isi atau bahan apa yang diketahui anak didik
Memutuskan apakah isi (baru) ditambahkan
Mengetahui keseimbangan antara penguasaan bahan atau isi pelajaran dan pentingnya proses,serta
Menentukan tingkatan isi / bahan yang diajarkan dalam mata pelajaran tradisional
Kriteria penyeleksian isi atau bahan
Dalam penyeleksian isi atau bahan kurikulum, pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa criteria, yaitu :
Validitas
Isi dinyatakan valid ketika otentik. Kendala utama keontetikan adalah keusangan pengetahuan. Keusangan itu dapat berupa fakta atau konsep, prinsip –prinsip, atau teori dari suatu bidang pengetahuan yang sudah tidak terpakai atau sudah kuno.
Kriteria validitas ini menerapkan isi dan metode dalam satu cara. Isi mempertimbangkan valid (anak didik) yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Signifikasi
Kriteria signifikasi berlaku untuk fakta – fakta, ide – ide utama, konsep, dan prinsip yang menjadi isi suatu mata pelajaran. Basis terbaik dalam mempelajari suatu mata pelajaran adalah dengan mengevaluasi sejumlah ide utama atau konsep dengan menggunakan fakta – fakta yang ada dalam mata pelajaran.
Sesuai dengan minat peserta didik
Minat anak didik merupakan salah satu pertimbangan dalam seleksi isi, meskipun ada perdebatan tentang sejauh mana pengembangan kurikulum harus mengakomodasi criteria ini ke dalam isi kurikulum. Persoalan yang terkait dengan criteria ini adalah bagaimana menyelaraskan isi kurikulum dengan minat dan perilaku anak didik.
Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran (learnability)
Isi yang dipilih harus dapat dipelajari oleh anak didik dan juga harus dapat diadoptasikan sesuai degan kemampuan anak didik. Yang paling penting dalam hal ini adalah adanya kesesuaian isi yang diseleksi dengan apa yang telah anak pelajari. Karena dalam kurikulum dan pengajaran anak didik memerlukan bantuan dalam mempelajari ide – ide dan fakta –fakta.
Konsisten dengan realitas social
Beberapa penulis berpendapat bahwa isi yang diseleksi harus memberikan kebermanfaatan bagi dunia disekeliling peserta didik. Dengan kata lain, isi tersebut harus konsisten dengan realita social. Persoalan realita yang dapat diakomodasi dalam seleksi isi antaranya berkenaan dengan hal – hal berikut :
Mempunyai nilai guna (utility)
Kriteria ini menganjurkan bahwa isi yang berguna bagi anak didik dalam menyelesaikan kondisi sekarang dan dimasa mendatang harus diseleksi pada semua mata pelajaran. Criteria ini juga diinterprestasikan dengan spesifik dalam mata pelajaran.
ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM
Guru, sebagai pengembang kurikulum dalam skala mikro, perlu memahami kurikulum dan asas-asas yang mendasarinya. Nasution (2008:11-14) menjelaskan bahwa ada empat asas yang mendasari pengembangan kurikulum. Keempat asas tersebut adalah:
a. Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia. Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal. Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.
Perbedaan filsafat suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Mengapa filsafat sangat diperlukan dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya bagi kurikulum, yakni:
- filsafat pendidikan menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan tujuan pendidikan.
- dengan adanya tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
- filsafat juga menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
- filsafat memberikan kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
- tujuan pendidikan memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah tercapai.
- tujuan pendidikan memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang ingin dicapai.
b. Asas Psikologi Anak dan Psikologi Belajar
Psikologi Anak
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi yang memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad, anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa” menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan abad ke -20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam pengembangan kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered curiculum). Kurikulum ini dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dlam pengembangan kurikulum adalah:
 Anak bukan miniatur orang dewasa
 Fungsi sekolah di antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
 Faktor anak harus benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum
 Anak harus menjadi pusat pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
 Tiap anak unik, mempunyai ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.
 Walaupun tiap anak berbeda dari yang lain, banyak pula persamaan di antara mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.
Psikologi Belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dnegan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dpat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar? Kalau kita tahu betul bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara seefektif-efektifnya.
Oleh sebab belajar itu ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, timbullah berbagai teori belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Pada umumnya tiap teori mengandung kebenaran. Akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan prooses belajar. Jadi, yang mencakup segala gejala belajar dari yang sederhana sampai yang paling pelik. Dengan demikian, teori belajar dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.
Pentingnya penguasaan psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam hal:
- seleksi dan organisasi bahan pelajaran
- menentukan kegiatan belajar mengajar yang paling serasi
- merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)
Asas Sosiologis
Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Di situ, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat.
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu, perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan faktor penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu asas.
d. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.