Ingin menjadi yang terbaik bagi keluargaku,....
Setiapa orang pasti ingin menjadi orang yang berhasil dan juga sukses,...
semua itu butuh usaha, meskipun sudah capek kita mencobanya tetapi belum kelihatan hasilnya,....
saat ini aku sedang ingin mencoba tk mengapai cita-cita ku,...
Insya Allah FIFI FAJAR pasti akan berhasil dan menjadi orang yang sukses,..
Amiiinnn,... Amiiinnn,.. Amiiinnn,... Ya Allah,...
Jumat, 19 Desember 2014
Senin, 11 Agustus 2014
Penilaian Oetentik
PENILAIAN OTENTIK
Penilaian Otentik
1. Pengertian Penilaian Otentik
Sesuai dengan karakteristiknya
penerapan kurikulum 2004 diiringi oleh sistem penilaian sebenarnya, yaitu
penilaian berbasis kelas. Pendekatan penilaian itu disebut penilaian yang sebenarnya
atau penilaian otentik (authentic assesment) (Nurhadi, 2004: 168).
Penilaian otentik adalah proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan
pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Nurhadi, 2004: 172).
Hakikat penilaian pendidikan menurut
konsep authentic assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru
mengindikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, guru segara bisa
mengambil tindakan yang tepat. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu
diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, asesmen tidak hanya dilakukan di
akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil
belajar (seperti EBTA/Ebtanas/UAN), tetapi dilakukan bersama dan secara
terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran (Nurhadi, 2004:
168).
Data yang dikumpulkan melalui
kegiatan penilaian (assesment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar
siswa. Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa
agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran (Nurhadi,
2004: 168).
2. Karakteristik Penilaian Otentik
Beberapa karakteristik penilaian
otentik adalah sebagai berikut:
a. penilaian merupakan bagian dari
proses pembelajaran.
b. penilaian mencerminkan hasil
proses belajar pada kehidupan nyata.
c. menggunakan bermacam-macam
instrumen, pengukuran, dan metode yang sesuai dengan karakteristik dan esensi
pengalaman belajar.
d. penilaian harus bersifat
komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran.
(Santoso, 2004).
Sedangkan Nurhadi mengemukakan bahwa
karakteristik authentic assesment adalah sebagai berikut:
a. melibatkan pengalaman nyata
(involves real-world experience)
b. dilaksanakan selama dan sesudah
proses pembelajaran berlangsung
c. mencakup penilaian pribadi (self
assesment) dan refleksi
d. yang diukur keterampilan dan
performansi, bukan mengingat fakta
e. berkesinambungan
f. terintegrasi
g. dapat digunakan sebagai umpan
balik
h. kriteria keberhasilan dan
kegagalan diketahui siswa dengan jelas
(Nurhadi, 2004: 173).
3. Tujuan & Prinsip-prinsip
Penilaian Otentik
Tujuan penilaian otentik itu sendiri
adalah untuk: 1) menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu, 2)
menentukan kebutuhan pembelajaran, 3) membantu dan mendorong siswa, 4) membantu
dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, 5) menentukan strategi
pembelajaran, 6) akuntabilitas lembaga, dan 7) meningkatkan kualitas pendidikan
(Santoso, 2004).
Sedangkan prinsip dari penilaian
otentik adalah sebagai berikut:
a. Keeping track, yaitu harus mampu
menelusuri dan melacak kemajuan siswa sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah ditetapkan.
b. Checking up, yaitu harus mampu
mengecek ketercapaian kemampuan peserta didik dalam proses pembelajaran.
c. Finding out, yaitu penilaian
harus mampu mencari dan menemukan serta mendeteksi kesalahan-kesalahan yang
menyebabkan terjadinya kelemahan dalam proses pembelajaran.
d. Summing up, yaitu penilaian harus
mampu menyimpulkan apakah peserta didik telah mencapai kompetensi yang
ditetapkan atau belum.
(Santoso, 2004).
4. Pelaksanaan Penilaian Otentik
Pada pelaksanaannya penilaian
otentik ini dapat menggunakan berbagai jenis penilaian diantaranya adalah: 1)
tes standar prestasi, 2) tes buatan guru, 3) catatan kegiatan, 4) catatan
anekdot, 5) skala sikap, 6) catatan tindakan, 7) konsep pekerjaan, 8) tugas
individu, 9) tugas kelompok atau kelas, 10) diskusi, 11) wawancara, 12) catatan
pengamatan, 13) peta perilaku, 14) portofolio, 15) kuesioner, dan 16)
pengukuran sosiometri (Santoso, 2004).
Hal-hal yang bisa digunakan sebagai
dasar penilaian prestasi siswa menurut Nurhadi (2004: 174) adalah sebagai
berikut:
a. proyek/kegiatan dan laporannya
b. hasil tes tulis (ulangan harian,
semester, atau akhir jenjang pendidikan)
c. portofolio (kumpulan karya siswa
selama satu semester atau satu tahun)
d. pekerjaan rumah
e. kuis
f. karya siswa
g. presentasi atau penampilan siswa
h. demonstrasi
i. laporan
j. jurnal
k. karya tulis
l. kelompok diskusi
m. wawancara
Senin, 27 Januari 2014
KONSEP DASAR KURIKULUM
KONSEP
DASAR
KURIKULUM
Pengertian
Kurikulum
Kurikulum menurut saya adalah
rencana, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam pendidikan. Kurikulum
berisikan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dengan isi yang disesuaikan
dengan tujuan serta metode yang digunakan dalam penyampaiannya. Evaluasi untuk
menguji apakah tujuan yang terdapat dalam kurikulum dapat tercapai atau belum.
Kurikulum sebagai suatu ide/konsep, rencana yang menjadi panduan dalam
penyelenggaraan proses belajar mengajar serta kurikulum sebagai hasil belajar
yang menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.
Pengertian Kurikulum Secara Etimologis
Webster’s Third New International
Distionery menyebutkan Curriculum berasal dari kata curere dalam bahasa latin
Currerre yang berarti :
Berlari cepat
Tergesa-gesa
Menjalani
Currerre dikata bendakan menjadi
Curriculum yang berarti :
Lari cepat, pacuan, balapan
berkereta, berkuda, berkaki
Perjalanan, suatu pengalaman tanda
berhenti
Lapangan perlombaan, gelanggang,
jalan
Menurut satuan pelajaran SPG yang
dibuat oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kurikulum berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “jarak yang ditempuh”. Semula dipakai dalam dunia olah
raga.
Dimana di dalam sebuah dunia
olahraga terdapat sebuah perlombaan, terdapat sebuah ‘’start’’ dan batas
‘’Finish’’. Di artikan dalam dunia pendidikan bahwa kurikulum merupakan suatu
proses yang memiliki rancangan dan tujuan.
Pengertian kurikulum secara
Semantik
Secara
Semantik kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang di ajarkan disekolah.
Kurikulum juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk
mencapai sejumlah tujuan pendidikan.
pengertian kurikulum secara morfologi
kurikulum berasal dari perkataan
Latin yang merujuk kepada ‘laluan dalam sesuatu pertandingan. Berdasarkan
kepada konsep tersebut , perkataan kurikulum adalah berkait rapat dengan
perkataaan ‘laluan atau laluan-lauan’. Sehingga awal abad ke 20, kurikulum
merujuk kepada kandungan dan bahan pembelajaran yang berkembang iaitu ‘apa itu
persekolahan’. Ahli progresif dan behaviouris pada lewat abad ke 19 dan abad ke
20 membincangkan tentang kurikulum dengan memasukkan unsur-unsur seperti
keberbagian, keperluan masyarakatan dan strategi-strategi pengajaran.
Jenis-jenis Kurikulum
Kurikulum
formal
Kurikulum
tersembunyi
Kurikulum
Bertulis/Yang Dihasratkan
Kurikulum
Cadangan
Kurikulum Masa
Depan
Kurikulum
Sokongan
Kurikulum
Tersembunyi
Kurikulum Yang
Di AjarDialami/Dipelajari
Konsep dasar kurikulum
Awal kurikulum terbentuk pada tahun
1947, yang diberi nama Rentjana Pembelajaran 1947. Kurikulum ini pada saat itu
meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda karena pada saat itu
masih dalam psoses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri utama
kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan dunia.
kurikulum
pendidikan di Indonesia kerap berubah setiap ada pergantian Menteri Pendidikan,
sehingga mutu pendidikan Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang
jelas dan mantap.
Tahun
1950 ada kurikulum SD yang disebut “Rencana Pelajaran Terurai”. Pada tahun 1960
muncul “Kurikulum Kewajiban Belajar Sekolah Dasar”. Tahun 1968 dikenal
“Kurikulum 1968″ pengganti “Kurikulum 1950″. Lalu tahun 1970
muncul “Kurikulum Berhitung” diganti dengan pelajaran matematika modern.
Tahun
1975 disebut “Kurikulum 1975″ yang fokus pada
pelajaran matematika dan Pendidikan Moral Pancasila serta Pendidikan
Kewarnegaraan. Pada tahun 1984 menyempurnakan Kurikulum 1975 dengan “Cara
Belajar Siswa Aktif” (CBSA).
Tahun
1991 CBSA dihentikan lalu muncul “Kurikulum 1994″. Tahun 2004
dikenal “Kurikulum Berbasis Kompetensi” (KBK), yang dipelesetkan jadi Kurikulum
Berbasis Kebingungan.
Terakhir
tahun 2006 muncul “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP), entah berapa
tahun lagi ada kurikulum baru yang membuat bingung semua pihak. Siswa kita
jangan dijadikan “kelinci percobaan”. Majulah pendidikan Indonesia.
a. Kurikulum 1975
Disebut demikian karena pembakuannya
dilakukan pada tahun 1975 dan berlaku mulai tahu itu pula. Kurikulum 1975
menyempurnakan atau bahkan merubah kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1968.
kurikulum 1975 banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Behavioral; segala
sesuatu diukur dari hasilnya, dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku yang
dapat diukur. Oleh sebab itu, kurikulum 1975 berorientasi pada tujuan yang
dirumuskan secara operasional dan behavioral. Bentuk kurikulum yang demikian
dipandang mengandung beberapa kelemahan, antara lain terlalu terpusat pada
pencapaian tujuan, sehingga melupakan proses yang dalam dunia pendidikan
sangatlah penting.
b.
Kurikulum 1984
Kurikulum ini banyak dipengharuhi
oleh aliran psikologi Humanistik, yang memandang anak didik sebagai individu
yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah dan meneliti lingkungannya.
Oleh sebab itu kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses, disamping tetap
menggunakan orientasi pada tujuan.
c. Kurikulum 1994
Kurikulum ini merupakan pengembangan
dari kurikulum sebelumnya dengan dasar kurikulum 1984 pada kurikulum 1994
muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar cenderung
didalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus dikuasai, berorientasi
kognitif.
d. Kurikulum 2004
Kurikulum ini
disusun lebih kompleks sebagai pengembangan kurikulum sebelumnya , tujuan
terarah pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Pengembangan ada
pada guru dan sekolah. Semua proses terstandarisasi mulai dari proses
pembelajaran hingga hasil belajar siswa. Perubahan total nampak jelas jika
dibandingkan antara kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 dengan alasan
relevansi. Kurikulum ini populer dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis
Konpetensi).
Kedudukan Dan Posisi Kurikulum Dalam
Pendidikan
Pembahasan
mengenai posisi kurikulum adalah penting karena posisi itu akan memberikan
pengaruh terhadap apa yang harus dilakukan kurikulum dalam suatu proses
pendidikan. Tidak seperti halnya dengan pengertian kurikulum para akhli
kurikulum tidak banyak berbeda dalam posisi kurikulum. Kebanyakan mereka
memiliki kesepakatan dalam menempatkan kurikulum di posisi sentral dalam proses
pendidikan. Kiranya bukanlah sesuatu yang berlebihan jika dikatakan bahwa
proses pendidikan dikendalikan, diatur, dan dinilai berdasarkan criteria yang
ada dalam kurikulum. Pengecualian dari ini adalah apabila proses pendidikan itu
menyangkut masalah administrasi di luar isi pendidikan. Meski pun demikian
terjadi perbedaan mengenai koordinat posisi sentral tersebut dimana ruang
lingkup setiap koordinat ditentukan oleh pengertian kurikulum yang dianut.
A.
Fungsi dan Efektivitas Kutikulum
1. Fungsi Kurikulum
Pada
dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan. Bagi guru, kurikulum
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala
sekolah dan pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua,kurikulum berfungsi sebagai pedoman
dalam membinbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses
pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi siswa, kuriklum berfungsi sebagai suatu
pedoman belajar.
Fungsi
kurikulum bagi guru
Bagi
seorang guru kurikulum memberikan manfaat sebagai pendoman dalam mengatur
kegiatan pendidikan dan pengajaran, termasuk kegiatan menyusun dan
mengorganisir pengalaman belajar, serta dalam mengevaluasi perkembangan peserta
didik.
Fungsi
kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah
Kepala
sekolah memiliki tanggung jawab dalam kurikulum,baik dalam kedudukannya sebagai
seorang Administrator maupun Supervisor.Maanfaat kurikulum bagi kepala sekolah
antara lain adalah ;
Sebagai
pendoman dalam memperbaiki situasi belajar, sehingga lebih kondusif. Serta
untuk menunjang situasi belajar ke arah yang lebih baik.
Sebagai
pendoman dalam memberikan bantuan kepada pendidik (guru) dalam memperbaiki
situasi belajar.
Sebagai
pendoman dalam mengembangkan kurikulum, serta dalam mengadakan evaluasi
kemajuan kegiatan belajar mengajar.
Fungsi
kurikulum bagi masyarakat
fungsi
kurikulum bagi masyarakat
Dengan
mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam
rangka memperlancar program pendidikan, serta dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah. Sehingga
sekolah dapat melahirkan generasi-generasi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.Presepsi yang salah jika menganggap manfaat kurikulum hanya dapat
diambil oleh pihak-pihak yang terkait dalam dunia sekolah saja. Memang pada
dasarnya yang mengembangkan sebuah kurikulum adalah sekolah, namun seperti yang
telah dibahas, manfaat dari sebuah kurikulum sangatlah luas. Semua pihak dapat
mengambil manfaat dari sebuah kurikulum, dan kurikulum memberikan manfaat
tersendiri dari tiap dimensinya.
Fungsi
kurikulum bagi penulis buku ajar
Penulisan
buku ajar berdasarkan kurikulum yang berlaku. Penulis buku ajar melakukan
analisa instruksional untuk membuat dan menjabarkan berbgai pokok dan subpokok
bahasan. Setelah itu, baru menyusun program pelajaran untuk mata pelajaran
tertentu dengan dukungan berbagai sumber atau bahan yang relevan.
Efektivitas
Kurikulum
Kurikulum dapat dikatakan efektif
jika kurikulum dapat berinteraksi secara tepat dengan kopetensi guru,sehingga
dapat meningkatkan efektivitas mengajar dan belajar. Jadi efektivitas
kurikulum adalah suatu konsep dinamis yang melibatkan siklus keberlanjutan dan
proses perubahan kurikulum dan kompetensi guru, kurikulum dapat dikembangkan
dan diubah secara efektif ketika guru (yang menerapkan) selalu dilibatkan dalam
proses, kompetensi guru dapat dikembangkan tidak hanya untuk memuaskan pada
tuntutan kurikulum yang ada atau kurikulum yang diubah melainkan juga untuk
mengembangkan kurikulum yang lebih tepat untuk menyesuaikan karakteristik
siswa, tujuan sekolah, dan kondisi sekolah, dan perubahan efektivitas kurikulum
dapat dilibatkan tidak hanya pengelola pendidikan atau tenaga ahli dari luar
tetapi juga guru-guru untuk membantu dalam menyusun perencanaan kurikulum dan
pembuatan keputusan.
Melalui pengembangan struktur
efektivitas kurikulum, perubahan kurikulum dapat dikategorikan ke dalam tiga
macam pendekatan:
(1) pendekatan perubahan kurikulum
simplistik.
(2) pendekatan pengembangan kompetensi guru,
dan
(3) pendekatan perubahan kurikulum
dinamis.
B. Komponen Kurikulum
Kurikulum
memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi,
pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen
tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Untuk lebih
jelasnya, di bawah ini akan di uraikan masing-masing komponen tersebut.
Komponen
tujuan
Yaitu
arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proses penyelenggaraan pendidikan.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori :
Tujuan
pendidikan nasional yang merupakan tujuan jangkan panjang, tujuan ideal
pendidikan bangsa Indonesia.
Tujuan
institusional, merupakan sasaran pendidikan sesuatu lembaga pendidikan.
Tujuan
kurikuler, adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sesuatu program studi.
Dengan
tujuan yang jelas, dapat diupayakan berbagai kegiatan atau perangkat untuk
mencapainya.
Dalam
perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara
jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan
Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”..
Tujuan
pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan
yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan
pendidikan tertentu.
Dalam
Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum
pendidikan berikut.
Tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
Isi dan Struktur Program atau
Materi
Isi program kurikulum adalah segala
sesuatu yarag diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam
rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Jenis-jenis
bidang studi ditentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang
bersangkutan. Jadi, ia berdasarkan kriteria apa suatu bidang studi menopang
tujuan int atau tidak. Berdasarkan kriteria itu, maka jenis bidang studi yang
diberikan pada suatu sekolah, misalnya SMA, akan berbeda dengan sekolah yang
lain.
Isi program suatu bidang studi yang
diajarkan sebenamya adalah isi kurikulum itu sendiri, atau ada juga yang
menyebutnya sebagai silabus. Silabus biasanya dijabarkan ke dalam bentuk
pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran.
Uraian bahan pelajaran inilah yang dijadikan dasar pengambilan bahan dalam
setiap kegiatan belajar mengajar di kelas oleh pihak guru, Penentuan
pokok-pokok dan sub-sub pokes bahasan didasarkan pada tujuan instruksional.
TINGKAT PENGEMBANGAN KURIKULUM
Tingkat Pengembangan
Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dalam kadar
kecil dan sangat terbatas, dan dapat pula secara meluas dan mendasar.
Pengembangan kurikulum dapat berupa :
Substitusi
Pengembangan yang bersifat substitusi dapat berupa
penggantian suatu buku pelajaran yang dinilai lebih baik.
Alterasi
Alterasi merupakan bentuk perubahan kurikulum,
misalnya menambah atau mengurangi jam pelajaran untuk bidang studi tertentu,
yang dapat mempengaruhi jam pelajaran studi lain.
Variasi
Perubahan kurikulum dalam bentuk variasi
dimaksudkan untuk menerima dan menerapkan suatu metode.
Restrukturisasi
Restrukturisasi ialah bentuk perubahan kurikulum
melalui pemberian peran baru kepada guru dengan dukungan tenaga dan fasilitas
baru, seperti pengembangan team teaching
Orientasi baru
Meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan
dua macam pendekatan. Pendekatan pertama, menyusun paket pelajaran sedemikian
rupa, sehingga guru hanya berperan sebagai pengatur distribusi bahan itusesuai
dengan kecepatan anak. Bahan pelajaran itu dapat berupa modul atau berprograma.
Pendekatan kedua, meningkatkan mutu guru sehingga mampu menjalankan tugas
dengan memperbaiki kemampuannya yang dirasakan kurang atau lemah .
Mengetahui tujuan
perbaikan
Hal pertama dalam
mengembangkan atau memperbaiki kurikulum ialah mengetahui dengan jelas apa yang
sebenarnya yang ingin dicapai,bagaimana cara mencapainya dan bagaimana
melaksanakannya.
Mengenal kedaan
sekolah
Hal kedua dalam
mengembangkan atau memperbaiki kurikulum ialah mengenal keadaan sekolah yang
akan menggunakan kurikulum yang dihasilkan
Mempelajari kebutuhan
murid dan guru
Kurikulum diperbaiki
karena adanya kesenjangan antara keadaan yang nyata dengan apa yang diharapkan
oleh kurikulum ayau apa yang diinginkan siswa dan guru. Mengetahui kebutuhan
siswa dan guru merupakan titik tolak bagi usaha perbaikan
PRINSIP – PRINSIP PENGEMBANGAN
Prinsip Relevansi
Pertama, relevansi pendidikan dengan lingkungan
anak didik. Kedua, relevansi pendidikan dengan kehidupan yang akan dating.
Ketiga, relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Semua orang tua mengharapkan
anaknya dapat bekerja sesuai dengan pengalaman pendidikan yang dimilikinya.
Keempat, relevansi pendidikan dengan ilmu pengetahuan. Kemajuan pengetahuan
juga membuat maju ilmu pengetahuan dan teknologi.
Prinsip Efektivitas
Konsep efektivitas dapat dilihat dari dua
sisi,yaitu :
Efektivitas mengajar pendidik, yang berkaitan
dengan tingkat keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang direncanakan.
Efektivitas mengajar anak didik, yang berhubungan
dengan tingkat ketercapaian tujuan pengajaran melalui kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan.
Prinsip Efesiensi
Efisiensi dalam proses belajar mengajar dapat tercipta
apabila usaha, biaya, waktu dan tenaga yang digunakan dapat membuahkan proses
dan hasil belajar yang optimal.
Prinsip Kesinambungan
Konsep ini memberikan beberapa makna, yaitu :
Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah
yang menyangkut bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut pada
tingkat pendidikan yang lebih tinggi sudah di ajarkan pada tingkat pendidikan
yang lebih rendah dan bahan pelajaran yang telah diajarkan pada tingkat yang
lebih rendah, tidak di ajarkan lagi pada tingkat yang lebih tinggi.
Kesinambungan di antara berbagai bidang studi, yang
berkaitan dengan hubungan antara bidang studi yang satu dengan yang lain.
Prinsip fleksibilitas (keluwesan)
Prinsip ini di maknai dua konsep, yaitu :
Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan,
yaitu berkaitan dengan pengadaan program – program pilihan yang dapat berbentuk
jurusan,
spesialis yang dapat dipilih berdasarkan kemampuan
yang minat siswa.
Fleksibilitas dalam pengembangan program
pembelajaran yang berkaitan dengan pemberian kesempatan kepada para pendidik
dalam mengembangkan sendiri program – program untuk pencapaian tujuan dan bahan
pengajaran yang bersifat umum.
Prinsip berorientasi bertujuan
Prinsip ini berarti langkah awal sebelum memilih
dan mengembangkan komponen – komponen kurikulum ialah menetapkan tujuan.
MODEL
KURIKULUM
SUB
UNIT 1
Model
Konsep Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan. Kurikulum dapat dilihat
dari tiga dimensi, yaitu sebagai ilmu, sebagai system, sebagai rencana.
Ada 4 model kurikulum yang
berkembang hingga saat ini, yaitu:
Model
kurikulum subjek akademik
Kurikulum subjek akademis merupakan
model konsep kurikulum yang paling tua, sejak sekolah yang pertama berdiri.
Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran yang bersumber dari
disiplin ilmu. Isi kurikulum adalah kumpulan bahan ajar atau rencana
pembelajaran. Tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik terhadap materi
merupakan ukuran untuk menilai keberhasilan belajar siswa. Penyusunannya
relative mudah,praktis, dan mudah digabungkan dengan model yang lain. Kurikulum
ini bersumber dari pendidikan klasik, perenalisme, esensialisme, berorientasi
pada masa lalu. Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya masa lalu kepada generasi yang
baru.
Ditinjau dari isinya,
Sukmadinata mengklasifikasikan kurikulum model ini menjadi 4 kelompok, yaitu:
Correlated
Curriculum
Correlated
curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam
suatu pelajaran yang dihubungkan dengan pelajaran lainnya.
Unified
atau Concentrated Curriculum
Unified
atau concentrated curriculum adalah pola organisasi pelajaran yang tersusun
dalam tema-tema pelajaran tertentu dan mencakup materi dari berbagai disiplin
ilmu.
Integrated Curriculum
Kalau
dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka dalam pola ini warna
disiplin ilmu tersebut sudah tidak tampak lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam
suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu dan menjadi satu
keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit.
Problem
Solving Curriculum
Problem
solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran dan
disiplin ilmu.
Model
Kurikulum Humanistik
Model
kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang lebih mementingkan proses
daripada hasil.
Model
Kurikulum Rekontruksi Sosial
Model kurikulum ini lebih memusatkan
perhatiannya pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat, kurikululum
ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan
bukanlah merupakan upaya sendiri,tetapi merupakan kegiatan bersama, interaksi,
dan kerjasama. Kegiatan kerja sama, interaksi dan bersama tidak hanya dapat
terjadi antara peserta didik dengan guru saja, tetapi dapat terjadi antara
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan orang-orang yang ada
di lingkungannya, dan sumber-sumber belajar lainnya. Karena melalui interaksi
dan kerjasama ini peserta didik berusaha memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik dan
sekolah bukan hanya dapat membantu berpastisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan
sosial.
Kurikulum
rekontruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum
yang lain, tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda,diantaranya sebagai berikut:
Tujuan
dan isi kurikulum
Setiap
tahun program pendidikan mempunyai tujuan-tujuan pendidikan yang berbeda
disesuaikandengan masalah sosial yang ada disuatu tempat.
Metode
Dalam
pembelajaran rekonstruksi sosial pengembangan kurikulum berusaha mencari
keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Dengan
demikian, peserta didik dapat menggunakan minatnya untuk memecahkan masalah
sosial. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar dibutuhkan kerja sama
yang erat antara lembaga pendidikan dan masyarakat.
Evaluasi
Dalam
kegiatan evaluasi era peserta didk juga dipartisipasikan, partisi[asi mereka
terutama dalam memilih, menyusun, dan
menilai bahan yang akan diujikan.
Model
Kurikulum Teknologis
Perkembangan teknologi mempengaruhi
setiap bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sejak dahulu
teknologi telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah
teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta,
dan lain-lain. Dengan tahap perkembangannya yang digunakan adalah teknologi
maju, seperti audio dan video cassette, film slide dan motion film, mesin
pembelajar, komputer, CD room, dan internet.
SUB
UNIT 2
Model
Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dapat
dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan top-down the
administrative model dan (2) the grass root model.
Model
Zais
Model
ini dibagi atas empat model, yaitu:
The
Administrative Model
Model pengembangan kurikulum model
ini merupakan model pengembangan kurikulum yang paling lama dan paling banyak
digunakan. Gagasan pengembangan kurikulum datang dari para administrator
pendidikan dan menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang
administrasinya, membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan
kurikulum. Anggotanya terdiri dari pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan,
ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan
perusahaan.
Model
Dari Bawah (The Grass Root Model)
Model dari bawah ini merupakan lawan
dari model administrative. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum berasal
dari bawah, yaitu para pengajar yang merupakan pelaksanaan kurikulum di
sekolah-sekolah. Model ini mendasar pada anggapan bahwa penerapan suatu kurikulum
akan lebih efektif jika para pelaksananya diikutsertakan pada kegiatan
pengembangan kurikulum.
Keuntungan model ini adalah proses
pengambilan keputusan terletak pada para pelaksana, mengikutsertakan berbagai
pihak bawah khususnya para pengajar.
Model
Terbalik Hilda Taba (Taba’s Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh Taba berbeda dengan cara lazim yang bersifat deduktif karena
caranya yang bersifat induktif. Itulah sebabnya model ini disebut “model
terbalik”. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini, yaitu:
Mengadakan
unit-unit eksperimen kerjasama guru-guru. Didalam unit eksperimen ini diadakan
studi yang seksama tentang hubungan antara teori dan praktek. Ada delapan
langkah kegiatan dalam unit eksperimen ini: 1. Mendiagnosis kebutuhan, 2.
Merumuskan tujuan khusus, 3. Memilih isi, 4. Mengorganisasi isi, 5. Memilih
pengalaman belajar, 6. Mengorganisasi pengalaman belajar, 7. Mengevaluasi, 8.
Melihat dan keseimbangan.
Menguji
unit eksperimen. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui dan kepraktisannya
untuk kelas-kelas atau tempat lain.
Mengadakan
revisi terhadap hasil unit eksperimen.
The
Systematic Action-Research (Model Pemecahan Masalah)
Model kurikulum ini didasarkan pada
asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan social. Hal ini
mencakup suatu proses yanh melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru,
struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan
masyarakat. Sesuai asumsi tersebut, model ini menekankan pada tiga hal, yaitu:
hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat serta wibawa dari
pengetahuan profesional. Penyusunan kurikulum dengan memasukkan pandangan dan
harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah dengan
prosedur action-research.
MODEL
ROGERS
Ada beberapa model yang dikemukakan
Rogers, yaitu jumlah dari model yang paling sederhana sampai dengan yang
berikutnya, sebenarnya merupakan penyempurnaan dari model-model sebelumnya.
Adapun model-model tersebut (ada empat model) dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Model
I. model yang paling sederhana yang menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan
semata-mata terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran). Hal ini
didasarkan pada asumsi bahwa pendidikan adalah evaluasi, dan evaluasi adalah
pendidikan, serta pengetahuan adalah akumulasi materi dan informasi, model
tersebut merupakan model tradisional yang masih dipergunakan. Model ini
mengabaikan cara-cara (metode) dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar dan urutan atau organisasi bahwa pelajaran secara sistematis, suatu
hal yang seharusnya dipertimbangkan juga.
Model
II. Model ini dilakukan dengan menyempurnakan model I dengan menambahkan kedua
jawaban pada pertanyaan (3 dan 4) tersebut, yaitu tentang metode dan organisasi
bahan pelajaran.
Model
III. Pengembangan kurikulum ini merupakanpenyempurnaan model II yang belum
dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan (5 dan 6), yaitu: dengan
memasukkan unsur teknologi pendidikan kedalamnya.
Pengembangan
kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran hanya akan sampai pada
Model
III. Padahal masih ada satu lagi masalah pokok yang harus diperhatikan, yaitu
yang berkaitan dengan masalah tujuan.
Model
IV. Merupakan penyempurnaan model III, yaitu dengan memasukkan tujuan kedalamnya.
Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang lain, baik metode,
organisasi bahan ajar, teknologi pengajaran, isi pelajaran maupun kegiatan
penilaian yang dilakukan.
SUB
UNIT 3
Pendekatan
Pengembangan Kurikulum
Pendekatan pengembangan
kurikulum adalah cara kerja dengan
menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik.
Pendekatan
Bidang Studi/Pada Bahan Pelajaran
Mula-mula
pelaksanaan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasarkan materi,
inti dari proses belajar mengajar ditentukan oleh pemilihan materi, pendekatan
ini diterapkan Indonesia dalam kurikulum sebelum tahun 1975. Kelebihan
pendekatan ini adalah bahan pengajaran lebih fleksibel dan bebas dalam
menyusun, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan, kelemahannya adalah tujuan pengajaran
kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai
untuk pengajaran.
Pendekatan
Berorientasi Pada Tujuan
Pendekatan
ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi
sentral,sebab tujuan adalah memberi arah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, penyusunan dengan pendekatan berdasarkan tujuan,bahwa tujuan
pendidikan dicantumkan terlebih dahulu, dari tujuan ini menjadi yang
terperinci.
Pendekatan
Dengan Pola Orientasi Bahan
Pendekatan
Rekontruksionalisme
Pendekatan
Humanistik
Pendekatan
Akuntabilitas (accountability)
Pendekatan
ini yaitu suatu sistem yang akuntabil menentukan standar dan tujuan spesifik
yang jelas serta mengatur efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa
untuk mencapai standar itu, selain akuntabil disini yaitu suatu keadaan untuk
dipertanggungjawabkan.
BAB I ORGANISASI KURIKULUM
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum Berbasisi
Kompetensi berisi seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang
dibakukan untuk mencapai tujuan nasional, cara pencapaiannya disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan daerah, sekolah atau madrasah.
Ada dua struktur yang dikembangkan
dalam pengorganisasian dan penyelenggaraan kurikulum, yaitu struktur horizontal
dan struktur vertikal. Struktur horizontal berkaitan dengan masalah
pengorganisasian atau penyusunan materi yang akan ditransformasikan kepada
peserta didik dalam pola atau bentuk tertentu.Sedangkan struktur vertical
berhubungan dengan system-sistem pelaksanaan kurikulum sekolah, yang antara
lain meliputi pengaturan kelas dan alokasi waktu.
Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam
pengorganisasian kurikulum merupakan suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran
yang akan diberikan pada peserta didik. Dalam dunia pendidikan dikenal ada tiga
jenis pola organisasin kurikulum, yakni: separate-subject-curriculum,
correlated-curriculum, dan integrated-curriculum. Dalam prakteknya tidak pernah
dijumpai satu bentuk kurikulum yang murni melainkan terdapat modifikasi dari
ketiga pola tersebut.
Separated-Subject Curriculum
(kurikulum terpisah)
Konsep dasar separate subject
curriculum
Separate-Subject curriculum
merupakan organisasi kurikulum yang tertua dan banyak digunakan di berbagai
negara.Separate-Subject curriculum adalah organisasi materi pendidikan dalam
bentuk mata-mata pelajaran yang disajikan dan diberikan kepada peserta didik
secara terpisah. Mata-mata pelajaran itu biasanya berupa pengetahuan yang telah
disusun secara sistematis dan logis yang diberikan sesuai ndengan
jenjang-jenjang tertentu. Di Indonesia, organisasi semacam ini dijumpai pada
kurikulum1968.
Penyusunan
separate-subject curriculum biasanya dilakukan tim pengembang yang telah
ditunjuk di tingkat nasional. Hal yang penting dalam pengorganisasian kurikulum
adalah pengurutan(sequence)bahan pelajaran.
Persoalan
yang muncul sebagai akibat pengorganisasian kurikulum yakni Pertama,karena
dibangun oleh tim khusus,apalagi tingkat nasioanal,maka bisa dibayangkan adanya
keseragaman yang terjadi. Padahal daerah di Indonesia ini sangat berbeda
kondisinya.Kedua,keberadaan buku paket sering menimbulkan salah penyikapan
bahwa kurikulum itu buku pelajaran
Kelebihan Separate-Subject
Curriculum
Bahan pelajaran tersajikan secara
logis dan sistematis
Penyusunan bahan pelajaran
menggunakan urutan yang tepat,dari yang mudah menuju yang sukar,dari yang
sederhana menuju yang kompleks.Sehingga kurikulum ini memudahkan guru dalam menyajikan
materi,dan lebih efektif dan efisien karena pihak sekolah dan guru tinggal
menyampaikan saja.
Organisasi kurikulum sederhana serta
mudah direncanakan dan dilaksanakan
Karena penyusunan bahan hanya
sebatas mata pelajaran itu saja,menjadikan kurikulum ini mudah disusun dan
dilaksanakan oleh para pengembang maupun para guru.Kurikulum ini mudah ditambah
maupun dikurangi. Apa yang mau di ajarkan sudah ditentukan lebih dahulu
,sehingga guru dapat menyesuaikan jumlah
waktu yang ditentukan dengan bahan pelajaran
yang tersedia.
Kurikulum mudah dinilai
Tujuan kurikulum ini menyampaikan
sejumlah pengetahuan,pengertian,dan kecakapan-kecakapan tertentu yang mudah
dinilai dengan tes.Bahan pelajaran pu bisa ditentukan suatu daerah bahkan
negara. Sehingga memudahkan dilakukan ujian umum yang sama dan memperoleh data
seandainya diperlukan perubahan-perubahan. Perubahan di sini maksudnya apabila
materi sudah tidak sesuai dengan tuntunan
Kelemahan Separate-Subject
Curriculum
Mata pelajaran terpisah-pisah
Kurang memperhatikan masalah
kehidupan sehari-hari
Cenderung statis dan ketinggalan
zaman
Tujuan kurikulum sangat terbatas
CORRELATED
SUBJECT CURRICULUM
Konsep
Dasar Correlated Subject Curriculum
Correlated Curriculum ini diciptakan
untuk mengolola hubungan atau kaitan antara mata pelajaran sata dengan yang
mata pelajaran lain, sebagai mana kita hidup didalam dunia ini pasti tidak akan
terlepas dari hubungan antara satu sama lain, jika kita tidak bergantung pada
orang lain maka orang tersebut tidak mempunyai hubungan baik dengan orang lain,
begitu juga dengan mata pelajaran yang akan kita ajarkan pada anak murid kita
nanti, pasti akan selalu berhubungan antara satu sama lain, oleh karena itulah
kurikulum diciptakan, dengan adanya kurikulum qakan dapat memberikan pengalaman
belajar yang akan dapat menghubungkan satu sama lainnya.
Upaya
menghubungkan antarmata pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antaranya sebagai berikut :
Menghubungkan
secara incidental
Pengaitan
antarmata peljaran terjadi karena kasus kebetulan saja, tidak ada perencanaan
yang dilakukan, semuanya terjiadi begitu saja, seorang guru menjelaskan mata
pelajaran yang sedang dibahasnya itu, kemudian guru tersebut mengaitkannyan
dengan mata pelajaran lain, ketika di mencocokkan kurikulum ternyata pelajaran
yang dibahasnya tersebut memang ada hubungannya antara satu sama lain.
Menghubungkan
secara lebih erat dan terencana
Cara
menghubungkannya dilakukan secara terencana, bukan hanya kebetulan saja,
seorang guru yang akan mengajarkannyan memang telah menyoroti dari berbagai
kurikulum mata pelajaran apakan yang akan mereka kaitkan, dan pengaitan ini
tentu lebih akan bagus karena semuanya telah direncanakan, dan pembahan yang
akan dibahas disina adalah hasil penyorotan yang telah dilakukan pada semua
mata pelajaran, sehingga menimbulkan sebuah topic yang akan pantas untuk
dibahas dan akan menghasilkan penggabungan yang sempurna.
Menghubungkan
beberapa mata pelajaran dengan menghilangkan batas yang ada
Penggabungan
yang dilakukan pada poin ini adalah menggabungkan mata pelajaran tanpa batas,
misalnya pelajran ips, itu adalah penggabungan pelajran yang tanpa btas, banyak
sekali peljaran yang telah digabung kedalam IPS tersebut. Tapi kenyataan
dilapangan masih menunjukkan bahwa penggabungan ini masih pada sebatas kumpulan
pada bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang bahan/,ateri pelajarannya
dikurangi.
Kelebihan
Correlated Curriculum
Mendukung
keutuhanpengetahuan dan pengalaman belajar murid
Memungkinkan
penerapan hasil belajar yang lebih fungsional
Meningkatkan
minat beljar siswa
Kelemahan
Correlated Curriculum
Kurikulum
masih bersifat subject curriculum centered
Kurang
memberikan pengetahuan yang sistematis dan mendalam
Menuntut
pendekatan interdisipliner
INTEGRATED CURRICULUM
Konsep
Dasar Integrated Curriculum
Ciri
pokok dari integrated curriculum ini adalah tiadanya batas atau sekat antar
mata pelajaran. Integrarasi adalah penyatuan supaya menjadi satu kebulatan
dalam integrated curriculum, pelajaran dipusatkan pada satu permasalahan,
misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan mengacu
pada topic tertentu.
Ada
beberapa karakteristik dari integrated curriculum, dan ciri-cirinya yaitu :
Merupakan
kesatuan utuh bahan pelajaran
Unit
disusun berdasarkan kebutuhan anak didik, yang bersifat pribadi maupun sosial,
baik yang mengangkut kejasmanian maupun kerohanian.
Memecahkan
masalah dengan metode4 berpikir alamiah., yang dilakukan dengan langkah-langkah
:
Merumuskan
masalah
Mencari
jawaban derngan mencari dan mengumpulkan
keterangan-keterangan dari buku atau sumber lain.
Menganalisis,
mengamati dan melakukan percobaan.
Mengambil
kesimpulan, dan
Melakukan
tindakan sesuai dangan hasil yang diperoleh.
Unit
mempergunakan dorongan-dorongan sewajarnya dengan melandaskan diri pada teori-teori belajar.
Pelaksanaan
unit biasanya memerlukan waktu yang lebih lama dari pada model pelajaran biasa.
Untuk memecahkan satu masdalah bisa jadi diperlukan waktu berjam-jam.
Kelebihan Integrated Curriculum
Segala
hal yang di[pelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.
Sesuai
dengan teori baru mengenai belajar yang mendasarkan pada pengalaman,
kematangan, dan minat anak.
Memungkinkan
hubungan yang lebih erat antara sekolah dan masyarakat.
Kelemahan
Integrated Curriculum
Tidak
mempunyainorganisasi yang logis dan sistematis.
Para
guru umumnya tidak disiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk unit.
Pelaksanaan
kurikulum unit sangat memerlukan waktu.
Struktur Vertikal
Pelaksanaan
Kurikulum dengan/dan Tampa Sistim Kelas
1.Sistem
Kelas
Sistem ini menerapkan kurikulum
dilaksanakan kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu, misalnya di SD terdapat
kelas 1 sampai dengan 6, di SMP/MTs terdapat kelas 7-9, dan di SMA/MA
terdapat kelas 10-12. Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksnakannya
sistem kenaikan kelas pada tiap tahun.
Segi kelogisan, kesistematisan, dan
ketepatan dalam penjenjangan bahan pelajaran yang harus diajarkan merupakan
kelebihan dari sistem kelas. Selain itu, sistem ini juga memberikan kemudahan
dalam hal penyusunan, pengenbangan, penilaian kurikulumyang digunakan.Kelemahan
pada sistem kelas di antaranya terletak pada timbulnya efek psikologis siswa
(juga orang tua) yang tidak naik kelas.Sistem kelas menuntut penataan materi
pelajaran secara sistematis logis, dan terukur.
2.
Sistem Tampa Kelas
Pelaksanaan kurikulum dalam sistem
tampa kelas tidak mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa
diberi kebebasan untuk berpindah program setiap waktu tampa harus menunggu
kawan-kawannya.
Keunggulan sistem ini terletak pada
kebebasan yang di miliki siswa.Siswa boleh memilih tingkat-tingkat program
sesuai dengan kemampuan yang di milikinya. Jadi, sistem ini sangat
memperhatikan individu dan perbedaan antarindividu. Sedangkan kelemahan sistem ini
menyangkut subtansi isi/materi
pelajaran dan sistem pelaksanaan pendidikan secara makro di Indonesia.Dengan
melihat berbagai kemungkinan yang di timbulkan oleh sistem, tampaknya sulit
untuk dapat menerapkan sistem tampa kelasdalam sistem pendidikan di Indonesia,
yang umumnya menggunakan sistem kelas.
3.Kombinasi
antara Sistem Kelas dan Tampa Kelas
Dengan memperhatikan kelebihan dari
sistem kelas dan sistem tampa kelas, sebetulnya keduanya dapat dikombinasikan.
Dengan sistem kombinsi ini, anak yang memiliki tingkat kepandaian tertentu
(tinggi) di beri kesempatan untuk terus maju.Namun, tidak berarti pula ia
meninggalkan kelasnya sama sekali. Sistim pendidikan seperti ini dapat di sebut
sebagai sistem penggajaran modul. Dengan sistem modul, anak yang memang mampu mempunyai
kemungkinan untuk dapat lebih dahulu
menamatkan sekolah di bandingkan teman-temanya.
SISTEM
UNIT WAKTU
Sistem unit waktu yaitu menyangkut
bagaimana waktu dalam bentuk caturwulan/semester dalam 1 tahun pada tiap-tiap
kelas.misalnya : SD 6 tahun dari kelas 1-6,SMP 3 tahun dari kelas 1-3,dan SMA 3
tahun dari kelas 1-3.
Sistem
caturwulan
Sistem
semester
PENGALOKASIAN
WAKTU
Pengalokasian
waktu untuk setiap mata pelajaran
Ada
beberapa pertimbangan dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap mata
pelajaran yaitu :
a .
Besar kecilnya peranan suatu mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Mata
pelajaran yang besar peranannya harus di beri jatah waktu yang lebih dari peljaran
lain.Namun ,ini bukan berarti menganakemaskan suatu mata pelajaran tertentu dan
menganaktirikan pelajaran lain.Hal itu semata-mata telah di dasarkan pada
penempatan suatu mata pelajaran sesuai kedudukannya secara proporsional dan
logis.
b.
Keluasan ,kompleksitas ,dan taraf kesulitan masing-masing mata pelajaran.
Untuk
mata pelajaran yang cakupannya luas,ia perlu diberi jam/waktu yang lebih
banyak.Yang menentukan keluasan dan kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi
dan spesialisasi lembaga sekolah itu.
c.
Peranan mata pelajaran dalam penyiapan lulusan suatu sekolah sesuai dengan misinya.
Berdasarkan
misi, di kenal ada sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah
di atasnya,ada pula yang menyiapkan lulusannya langsun terjun ke dunia kerja.Bagi
sekolah yang menyiapkan lulusannya untuk studi ke jenjang diatasnya tentu akan
memberi porsi waktu yang lebih terhadap mata pelajaran yang bersifat
keilmuan.Sebaliknya,sekolah yang mentiapkan lulusannya terjun ke dunia kerja
akan memberi jam yang lebih banyak pada mata pelajaran yang menekankan pada keterampilan kejuruan.
Pengalokasiaan
waktu untuk pokok –pokok bahasan tiap mata pelajaran
Strategi
Pelaksanaan Kurikulum
Cara-cara
yang harus ditempuh untuk melaksanakan suatu kurikulum di sekolah adalah:
Pelaksanaan
Pengajaran
Kurikulum
adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di
bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf
pengajarnya,atau suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan
keterampilan proses menekankan terlaksananya komunikasi dua arah (guru dan
murid) serta adanya peran aktif pada
diri guru dan murid. Sehingga apa yang diperoleh siswa dapat memahaminya lebih
mendalam.
Kegiatan
Kokurikuler dan Ekstrakurikuler
Dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah dikenal adanya tiga kegiatan pokok yaitu
kegiatan intrakurikuler,kokurikuler,dan ekstrakurikuler.
Kegiatan
intrakurikuler merupakan kegiatan inti yang diterapkan disetiap sekolah untuk
memudahkan siswa dan guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Kegiatan
intrakurikuler diterapkan sesuai dengan silabus yang telah ditentukan atau
disepakati.
Kegiatan
Kokurikuler
Kegiatan
kokurikuler merupakan kegiatan diluar jam pelajaran sekolah agar siswa lebih
menghayati dan mendalami apa yang dipelajari pada kegiatan intra kurikuler.
Misalnya:guru memberikan tugas pada jam peajaran sekolah. Kemudian tugas
tersebut susah untuk dimengerti. Kemudian pada kegiatan kkokurikuler siswa
mendiskusikan kembali tugas tersebut . Kegiatan ini bisa dilaksanakan secara
individu atau kelompok, Yang perlu diperhatikan,pada kegiatan ini tidak
menggangu pelajaran ini dengan pelajaran yang lain.
Kegiatan
Ekstrakurikuler
Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran biasa dan waktu libur
sekolah yang dilakukan baik disekolah ataupun diluar sekolah. Tujuannya untuk
memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa,menyalurkan bakat dan minat siswa.
Contoh: kegiatan olahraga seperti bola basket,bola voli,pencak
silat,pramuka,dll
Perbedaan
kegiatan intrakurikuler dengan kegiatan ekstrakurikuler adalah:
Kegiatan
intrakurikuler merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap siswa.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler lebih
bersifat sebagai kegiatan penunjang untuk memperdalam dan memperluas
pengetahuan siswa.
Waktu
pelaksanaannya,kegiatan intrakurikuler
pasti dan tetap dilaksanakan disekolah terus menerus sesuai dengan
kalender akademik. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler tidak pasti bergantung
pada sekolah yang bersangkutan.
Bimbingan
Karier
Bimbingan
karier merupakan kegiatan bimbingan dari guru kepada siswa untuk membantu para
siswa dalam memahmi dirinya sendiri,lingkungan sekitar,dan masa depannya.
Penilaian
Penilaian
untuk mengukur sejauh mana tujuan pendidikan telah dicapai setelah semua
kegiatan pembelajaran berakhir. Semuanya meliputi keseluruhan proses maupun
hasil yang dicapai dalam kegiatan intrakurikuler,kokurikuler,dan
ekstrakurikuler.
Administrasi
dan Supervisi Pendidikan
Administrasi
pendidikan disekolah berhubungan dengan pengaturan prose
pembelajaran,peralatan,dan pemeliharaan gedung,dsb. Supervisi pendidikan
merupakan bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Sub unit 1
Peran Pengembangan Kurikulum Sekolah
Pengembangan
kurikulum terdiri dari dua kegiatan yang berbeda yaitu terdiri dari
pengembangan dan pembinaan.
Peran
pengembang kurikulum sekolah berkaitan dengan kegiatan untuk menghasilkan
kurikulum, sedangkan pembinaan kurikulum berhubungan dengan kegiatan
pelaksanaan kurikulum dan pemotretan pelaksanaan. Hal ini ditujukan untuk
mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang sudah ada, supaya hasilnya
maksimal. Dalam penetapan siapa saja tim pengembangan kurikulum tidak dapat
dilepaskan dari model pengembangan kurikulum yang di anut. Ada dua model
pengembangan kurikulum yaitu model administrasi dan model Grass Roots.
Peran Kepala Sekolah
Kepala
sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah. Padanyalah kebijakan dan
keputusan mengenai berbagai hal. Seorang tenaga fungsional guru diberi tugas
untuk memimpinsuatu sekolahdimana di selenggarakan proses belajar mengajar atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru dan murid.
Secara
umum, peran dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut :
Peran sebagai manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah
bertanggung jawab atas manajemen sekolah. Kepala sekolah mengkoordinasikan
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan
mengendalikan segenap usaha pencapaian tujuan pendidikan. Kepala sekolah mau
dan mampu mendayagunakan sumberdaya sekolah dalam rangka mewujudkan visi misi
dan mencapai tujuannya.
Peran sebagai inovator
Sebagai tokoh penting disekolah,
kepala sekolah harus mampu melahirkan ide-ide baru yang kreatif. Kepala sekolah
mampu menghadirkan inspirasi dan ide pembaharuan, sehingga program sekolah (
kurikulum ) yang di jalankan senantiasaaktual.
Peran sebagai fasilitator
Dalam pengembangan kurikulum,
pelaksana teknis pengembangan biasanya tidak langsung oleh kepala sekolah
melainkan oleh tim khusus yang di tunjuk. Kepala sekolah juga harus membantu
mengatasi persoalan, melayani konsultasi tim.
Peran Guru Dalam Mengembangkan
Kurikulum sekolah
Peran
guru dalam mengembangkan kurikulum sekolah kalau kepala sekolah merupakan tokoh
kunci dalam manajemen sekolah.Maka guru merupakan tokoh sentral dalam
menyelenggarakan layanan pendidikan,barulah pemeran pertama aktifitas
sekolah,karena itu tugas guru merupakan profesi yang menuntut keahlian.
Sub unit 1
Peran Komite Sekolah dalam
Pengembangan Kurikulum Sekolah.
Dalam keputusan Menteri Pendidikan
Nasional no 044/U/2002. Komite sekolah dimaksudkan sebagai sebuah badan mandiri
yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pemerataan
dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan
prasekolah , jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.
Pembentukan komite sekolah
bertujuan:
Mewadahi dan menyalurkan aspirasi
dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan sekolah.
Meningkatkan tanggung jawab dan
peran masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
Menciptakan suasana dan kondisi yang
transparan , akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaran dan pelayanan
pendidikan sekolah yang berkualitas.
STRATEGI
PENGEMBANGAN
Prinsip
Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum juga
menggunakan berbagai prinsip yang di jadikan sebagai asas dasar dalam perkembangan
kurikulum tersebut, prinsip-prinsip perkembangan kurikulum diantaranya:
Peningkatan
keimanan dan budi pekerti
Keseimbangan
logika,etika, estetika dan kinestetika
Penguatan
integritas nasional
Pengembangan
pengetahuan dan teknologi informasi
Pengembangan
kecakapan hidup
Pilar
pendidikan
Komprehensif
dan berkesinambungan
Belajar
sepanjang hayat
Diversifikasi
pengembangan kurikulum
Strategi
Pengembangan Kurikulum
1.Mengubah
Sistem Pendidikan
Mengubah sistem pendidikan hanya
bisa dilakukan oleh pihak berwenang, yaitu pemerintah pusat diantaranya
Depdiknas, perubahan ini akan dilakukan secara seragam oleh semua sekolah,
contohnya perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP, perubahan ini di koordinasi
oleh pemerintah pusat dengan menjelaskan petunjuk pelaksanaan dan buku pedoman. Tujuan dari pengembangan
kurikulum agar pesera didik mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki.
Perubahan sistem pendidikan oleh pemerintah juga terdapat kelemahan , karna
pemerintah tidak terjun dan berhadapan
langsung dengan para peserta didik, dan juga agar setiap sekolah dan setiap
satuan pendidikan tidak menyimpang dari tujuan pendidikan dan dapat memenuhi
standar nasional pendidikan.
4.
Supervisi
Supurvisi yaitu memberi pelayanan
kepada guru agar dapat melakukuan pembelajaran lebih efektif.
5.
Reorganisasi Sekolah
Reorganisasi ini diadakan bila
sekolah ingin merombak seluruh cara mendidik
yang lama dengan cara mendidik yang baru.
6.
Eksperimen dan Penelitian
penelitian atau riset pendidikan
belum cukup banyak dilakukan di Negara kita ini, hasil penelitianpun tidak
langsung bisa di terapkan karena butuh waktu yang cukup lama untuk dapat
diterima oleh khalayak luas.
Pengembangan
KTSP
Hakikat
pengembangan KTSP
Pengembangan
KTSP sudah didahului dengan pengembangan kurikulum yang lebih tinggi yaitu
kurikulum tingkat nasional, dan hasil pengembangan kurikulum tingkat nasional
ini selanjutnya dijadikan sebagai
landasan, bahkan acuan dalam mengembangkan KTSP.
Ada
beberapa pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan pengembangan KTSP yaitu:
guru, siswa, orang tua/wali siswa, pakar kurikulum,komite sekolah dan pihak
lainnya.hal ini berarti dalam pengembangan kurikulum pihak sekolah memiliki
kewajiban untuk mensosialisasikan terlebih dahulu kegitan tersebut kepada pihak
terkait.
Komponen
kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP)
Kurikulum
merupakan sebuah program yang direncanakan secara sistematis, yaitu perangkat
rencana dan pengaturan menganai tujuan, isi, dan bahan pengajaran.
Komponen-komponen KTSP sebagai berikut :
Visi
dan misi satuan pendiddikan
Menurut
Morrisey, visi adalah representasi apa yang diyakini sebagai bentuk organisasi
masa depan dalam pandangan pelanggan karyawan, pemlik lainnya.
Tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan
Tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan merupakan tahapan wujud sekolah menuju
visi yang telah ditetapkan.
Struktur
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan
Merupakan
pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Strukr KTSP memuat mata pelajran
Syarat Perencanaan Pembelajaran
Yang
dimaksud dengan syarat perencanaan pembelajaran adalah seperangkat pengetahuan
atau kemampuan yang harus dimiliki perancang pembelajaran, yang meliputi : (1)
kemampuan analitik, (2) kemampun pengembangan dan (3) kemampuan pengukuran.
Kemampuan Analitik
Kemampuan
Analitik adalah kemampuan seseorang melakukan analisis. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa (karangan atau
perbuatan, dsb) untuk mengetahui sebab-sebabnya, duduk perkaranya dsb. Sehingga menganalisis berarti
menyelidiki dengan menguraikan bagian-bagiannya dsb. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pembelajaran dalam rangka memprediksi keberhasilan pelaksanaan pembelajaran
adalah :
1. Tujuan belajar dan karakteristik
mata pelajaran
Tujuan
adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan
belajar. Tujuan yang disadari oleh siswa sangat bermakna dalam upaya
menggerakkan kegiatan belajar mereka untuk mencapai hasil yang optimal.
2. Kendala dan sumber-sumber belajar
yang tersedia
Tujuan
atau indikator merupakan syarat utama dalam menetapkan perencanaan
pembelajaran. Namun demikian, kita tidak bisa mengabaikan kendala dan
sumber-sumber belajar yang tersedia. Misalnya, secara idealis menurut indikator
yang akan dicapai maka metode yang akan dipilih adalah metode praktikum dengan
menggunakan alat-alat laboratorium. Dalam pelajaran IPA, misalnya terdapat
kompetisi dasar yang menjelaskan perlunya memelihara lingkungan di sekitar rumah
dan sekolah. Selanjutnya, guru menetapkan sebagian indikatornya
3. Karakteristik siswa
Siswa
adalah individu yang unik, tak ada dua orang yang sama persis. Tiap siswa
memiliki perbedaan satu sama dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada
fisik,psikis,kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan itu berpengaruh pada
cara dan hasil belajar siswa.
Menetapkan
tujuan dan isi pembelajaran
Tujuan pembelajaran adala kebutuhan
siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri, berdasarkan mata ajaran yang ada
dalam petujuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pembelajaran yang
digunakan. Guru sendiri adalah sumber uama tujuan bagi para siswa, dan kita
sebagai guru harus mamu memilih dan merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran yang
bermakna dan terukur. Tujuan adalah rumus yang luas mengenai hasil-hasil
pendidikan yang diinginkan.
Menetapkan
strategi berorganisasi isi pembelajaran
Aspek-aspk
materi
Istilah-istilah
tersebut memiliki makna sebagai berikut:
Konsep
adalah suatu ide atau gagasan yang dituangkan dalam kurikulum.
Prinsip
adalah suatu poko pikiran yang akan dituangkan kedalam pikiran.
Fakta
adalah suatu kejadian yang terjadi secara nyata.
Kriteri
pemilihan materi pembelajaran
Beberap
kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih materi pembelajaran:
Krikteria
tujuan instruksional maksudnya: materi yang akan di pilih sesuai tujuan
pembelajaran
Materi
pembelajaran supaya terjabar maksudnya: materi pembelajaran yang i singkat
berdasarkan tuntutan setiap tujuan pembelajaran.
Relevan
dngan kebutuhan siswa adalah: materi yang kita ajarkan kepda siswa sesuai denga
sikap dan potensi yang dimiliki sisw tersebut (potensi, sikap, nilai, dan
keterampilan)
Menetapkan
strategi penyampain pembelajaran
Ad empat strategi pembelajaran yang
perlu diketahui oleh gru atau calon guru. Keempatnya ialah pembelajaran
penerimaan, pembelajran penemuan, pembeljaran penguasaan, dan pembelajaran
terpadu.
Pembelajaran
penerimaan (reception learning)
Pembelajaran
penemuan ( discovery learning)
Pembelajaran
penguasaan (materi learning)
Pembelajarn
terpadu (unit learning)
PENGeRTIAN
DAN FUNGSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Pengertian
perencanaan pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran merupakan catatan-catatan hasil penukiran awal seorang guru
sebelum mengelola proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan
persiapan mengajar yang berisi hal-hal yang perlu ada harus dilakukan oleh guru
dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang sama meliputi:
pemilihan materi, metode, media, dan alat silabus.
FUNGSI
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Salah
satu faktor yang membawa keberhasilan guru adalah senantiasa membuat
perencanaan pengajaran , sebelumnya, pada garis besar perencanaan pembelajaran
itu bertujuan untuk mengarahkan dan membimbing kegiatan guru dan siswa dalam
proses pembelajaran .
Secara
ideal tujuan perencanaan pembelalara adalah menguasai sepenuhnya bahan dan
materi ajar , metode dan penggunaan alat dan pelengkapan penbelajaran ,
mnyampaikan kurikulum atas dasar bahasan dan mengelola , alokasi waktu yang
tersedia serta membelajarkan siswa sesuia yang di programkan .
MENETAPKAN
STRATEGI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran
di dalam kelas ada dua macam kegiatan pokok yang harus di lakukan guru secara
bersama-sama yaitu pengelolaan
pembelajaran dan pengolaan kelas.pengelolaan
Pembelajaran atau mengajar adalah menggerakkan siswa untuk mencapai
tujuan intruksional.
Sedangkan
pelaksanaanya kelas adalah menciptakan dan mempertahankan kondisi agar kegiatan
belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efesien. Pegelolaan kelas tidak
langsung mencapai tujuan pembelajaran seperti
halnya pengelolaan pembelajaran, tetapi membuat kondisi supaya
pengelolaan pembelajaran
PENGEMBANGAN
DAN PROSEDUR PEGUKURAN HASIL PEMBELAJARAN
Penilaian
meliputi semua aspek batas batas belajar. Menurut schartz dkk penilaian adalah
suati perogram untuk memberikan pendapat dan penentuan arti atau faedah atau
suatu pengalaman. Yang di maksud dengan pengalaman adalah pengalaman yang di
peroleh berkat pendidikan, atau sebagai hasil belajar siswadi sekolah.
Pengalaman tersebut tampak peda perubahan tingkah laku tau pla kepribadian
siswa. Dalam hal ini, penilaian adalah sutu upaya untuk memeriksa sejauh mana
siswa telah mengalami kemajuan atau tujuan belajar.
Evaluasi
pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar. Secara sistematik,
evaluasi pembelajaran diarahkan pada kompnen-komponen sistem pembelajaran, yang
mencangkup:
Komponen
imput, yaitu perilaku awal siswa.
Komponen
imput instrumental, yaitu kemampuan profesional guru/tenaga kependidikan.
Komponen
kurikulum ( program studi, metode, media)
Komponen
administratif ( alat, waktu, dana)
Komponen
proses yaitu proedur pelaksanaan pembelajaran, serta
Komponen
output, yakni hasil pembalajaran yang menandai tercapinya tujuan pembelajaran.
Teknik
dan alat evaluasi
Teknik
metode atau alat evalasi adalah segala macam cara atau prosedur yang ditempuh
memperoleh keterangan tau data yang dipergunakan sebagai bahan untuk melakukan
penilaian. Teknik yang digunakan dalam penilaian akan sangat mempengaruhi
kualitas hasil yang di peroleh. Mengingat evaluasi bertijuan untuk mendapat kan
gambaran yang lengkap dari sisw, maka teknik pengujian yang di lakuakan harus
di upayakan selaras dengan potensi siswa.
Langkah
–langkah perencanaan pembelajaran
“Pengantar”
Setelah anda memahami yang harus
dimiliki guru dalam perencanaan, anda di minta memahami langkah – langkah
perencanaan pembelajaran . hal ini untuk membekali anda dalam membuat silabus
dan RPP pada unit berikutnya:
Pada subunit 3 ini anda akan diajak
membahas langkah –langkah perencanaan pembeljran yaitu: (1) Menganalisis tujuan
dan karakter mata pelajran, (2) menganalis sumber belajar dn kedalamnya, (3)
menganalisi karakter siswa (4) menetapkan tujuan dah isi pembelajaran.
Analisis
tujuan dan karakter mata pelajaran
Tahap awal dalam proses desain mata
pembelajaran adalah merumuskan dan menulis tujuan pembelajaran tujuan
pengajaran dalah suatu deskripsi mengenai perilaku yang diharapkan dapat dapat
di capai oleh siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung antara tujuan
pegajaran (intracsional goul) dan tujuan belajar ( learning objektives ) memang
ada. Perbedaan , tetapi keduanya memiliki hubungan yang sangt erat dan
hambatan-hambatan praktis yang mungkin dihadapi oleh siswa dan guru juga
menjadi dasar pertimbangan.
Analisis
karakteristik siswa
Gar dapat merencnakan pembelajaran
dengan baik, kita sebagai guru hendaknya memahami kondisi individu siswa,
semangat/motivasi belajar, dan perbedaan karakter siswa secar umum. Pada hakikatnya setiap
indivdu adalah suatu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik, satu dengan yang
lainnya.
Kemampuan
Pengembangan
Kemampuan pengembangan adalah kemampuan untuk memilih,
menetapkan, dan mengembangkan strategi pembelajaran yang paling tepat untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.Komponen strategi belajar mengajar
mencangkup: guru, siswa, tujuan, bahan pelajar, metode, media,alat evaluasi,
dan situasi atau lingkungan.Secara garis besar, pendekatan belajar mengajar
dapat di bedakan menjadi dua yaitu pendekatan konsep dan pendekatan proses..
Pendekatan
keterampilan proses relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA).
Begitu sebaliknya, bahwa CBSA dapat pula terjadi pada waktu siswa mempelajari
konsep, fakta dan prinsip. Biasanya belajar konsep di ikuti dengan kadar
keaktifan siswa.yang rendah.Sedangkan belajar keterampilan proses biasanya di
ikuti dengan kadar keaktifan siswa yang tinggi, dan cenderung bermodus
discovery.Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan melibatkan metode, bukan
lah tujuan , melainkan cara untuk mencapai tujuan sebaik-baiknya. Untuk itu
tidak mungkin membicarakan metode tanda mengetahui tujuan yang hendak mencapai.
Hal tersebut mengingatkan kita bahwa sebenarnya tidak ada metode mengajar yang
palin baik atau paling buruk.Metode berbeda dengan tehnik, metode bersifat,
sedangkan tehnik bersifat implementatif. Implementatif artinya bahwa tehnik
merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru ) untuk
mencapai tujuan.
Factor-faktor
yang perlu diperhatikan dalam menentukan metoda instruksional antara lain: (1)
tujuan instruksional, (2) kemampuan guru, (3) kemampuan siswa, (4) jumlah
siswa, (5) materi, (6) alokasi waktu, dan (7) fasilitas belajar yang tersedia.
Didalam tujuan instruksional terdapat kempetensi yang di harapkan di kuasai
sisawa di akhir pembelajaran.Kemampuan guru merupakan prtimbangan di dalam
pemilihan metode, sebab gurulah yang melakukan pembelajaran. Guru harus
memperhatikan kemampuan intelektual siawa, sehingga metode yang di gunakan pun
membuahkan proses dan hasil belajar yang tinggi .
Jumlah
siswa perlu diperhatikan dalam menentukan metode.bila jumlah siswa banyak maka,
yang lebih efisiaen ialah metode ceramah dan tnya jawab di bandingkan dengan
metode yang lain. Misalnya , karena suatu hal , waktu belajar siswa banyak
digunakan kegiatan lain. Pemilihan metode harus memegang pada prinsip-prinsip
antara lain : (1) efektif dan efisien, (2) digunakan secara berfariasi, (3)
diterapkan dengan memadukan beberapa metode. Perlu di ketahuai juga bahwa
didalam memandang keunggulan dan kelemahan metode perlu dipikirkan pula
prinsip-prinsip belajar, seperti prinsip: (1) motivasi, (2) keaktivan, (3)
umpan balik dan penguatan , serta (4) kecepatan belajar.Motifasi adalah
pendorong tinkah laku siswa kearah tujuan tertentu .keaktifan siswa akan menurun
jika tidak mendapatkan umpan balik, sehingga penguatan perlu di berikan atas
upaya yang dilakukan siswa.
Kemampuan
pengukuran
Kemampuan
pengukuran adalah kemampuan untuk menetapkan tingkat keefektifan , keefesienan,
dan daya tarik rancangan pembelajaran. Dengan kemampuan pengukuran diharapkan
perancang pembelajaran dapat meminimalisasi terjadinya kesalahan dalam penilaiaan. Hal-hal yang
memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pengukuran ialah kesalahan dalam: (1)
observasi, (2) alat ukur, (3) proses pengukuran, (4) menilai pengaruh
pekerjaan-pekerjaan yang mendahului, (5) kecenderungan seseorang untuk menilai
lebih rendah atau lebih tinggi, (6) pengaruh dari kesan-kesan luar, serta (7)
pengaruh dari “hallo effect”
Dengan
penilaian yang menggunakan prinsip-prinsip di atas, sistem penilaian diharapkan
dapat: (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong peserta didik untuk belajar, (3) memotivasi
tenaga pendidik dalam mengaja, (4) meningkatkan kinerja lembaga, serta (5)
meningkatkan kualitas pendidikan.
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Hakikat Pengembangan Kurikulum
Secara teoritis, pengembangan kurikulum dapat
terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Salah satu kebutuhan yang harus
diperhatikan dalam kurikulum adalah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Semua itu hendaknya tercermin dalam kurikulum dalam setiap jenjang pendidikan
yang ada. Munculnya undang – undang baru membawa implikasi baru terhadap paradigma dalam dunia pendidikan.
Peran Pengembangan Kurikulum
instrument untuk mengkonservasi kebudayaan suatu
bangsa. Tanpa kurikulum yang baik, kebudayaan suatu bangsa bisa musnah, karena
tidak ada institusi yang berusaha melestarikannya.
Peran Kritis dan Evaluatif
Artinya, suatu kurikulum dapat dengan kritis
menilai, mengevaluasi, dan memilih nilai – nilai positif yang peru di
lestarikan dan diwariskan kepada peserta didik.
Peran Kreatif
Dalam hal ini, kurikulum juga harus mampu
menciptakan kreasi – kreasi baru dalam kaitannya. Misalnya, dengan kebudayaan
yang berkembang dalam masyarakat sehingga kebudayaan tersebut lebih sesuai
dengan perkembangan jaman dan tuntutan masyarakatnya
Proses Perubahan dan Pengembangan Kurikulum
Makna Perubahan Kurikulum
Kurikulum dapat juga diartikan sesuatu yang hidup
dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar
tetap relevan dengan perkembangan jaman. Kurikulum disini berarti mengubah
semua yangterlibat di dalamnya, yaitu guru, murid, orang tua, kepala sekolah dan
masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan sekolah. Ini berarti perubahan
kurikulum adalah perubahan sosial
Perubahan dan Pengembangan
Pengembangan berarti meningkatkan nilai atau mutu.
Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan, yang mungkin
membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan.pengembangan
selalu dikaitkan dengan penilaian. Pengembangan diadakan untuk mengangkat
nilai. Untuk melakukannya didasarkan kriteria tertentu. Perbedaan criteria akan
memberi perbedaan pendapat tentang baik buruknya keadaan itu.
Bagaimana Terjadinya Perubahan
Menurut para sosiologi, perubahan terjadi dalam 3
fase,yaitu :
Fase inisiasi , yaitu : taraf permulaan ide
perubahan itu dilancarkan, dengan
menjelaskan sifat, tujuan, dan cakupan perubahan yang ingin dicapai.
Fase legitimasi, yaitu : ketika orang mulai
menerima suatu perubahan
Fase kongruensi, yaitu : sewaktu orang mengadopsi
perubahan tersebut dan menyamakan pendapatnya selaras dengan pikiran para
pencetus, sehingga tidak terdapat perbedaan nilai lagi antara penerima dan
pencetus perubahan.
Perubahan Guru
Dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan
serta penyiapan guru-guru lembaga pendidikan tenaga kependidikan, terutama
melalui penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang
dihasilkannya.
Penguasaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun
ilmu bidang studi serta kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat
mempengaruhi pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai jenjang
dan jenis sekolah yang ada sekarang ini, umumnya disiapkan oleh LPTK melalui
berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana.
Mengubah Lembaga atau Organisasi
Kelambanan Perubahan dalam Pendidikan
ISI PENGEMBANGAN KURIKULUM
Ada 2 hal yang harus di perhatikan dalam kaitannya
dengan isi dalam pengembangan kurikulum yaitu :
Isi kurikulum didefinisikan sebgai bahan atau
materi belajar dan mengajar. Bahan ini tidak hanya berisikan informasi
factual,tetapi juga mencakup pengetahuan , keterampilan, konsep, sikap, dan
nilai.
Dalam proses belajar mengajar ada dua elemen
kurikulum yang berinteraksi secara konstan yakni isi dan metode. Ketika
keduanya dipisahkan menjadi elemen- elemen kurikulum, masing – masing dapat
dinilai dengan criteria yang berbeda.
Persoalan – persoalan yang berhubungan dengan
penyelesaian isi atau bahan
Beberapa masalah dalam menyeleksi isi. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, para pengembangan kurikulum perlu :
Mengadops prosedur rasional dalam memilih isi.
Menentukan isi atau bahan apa yang diketahui anak
didik
Memutuskan apakah isi (baru) ditambahkan
Mengetahui keseimbangan antara penguasaan bahan
atau isi pelajaran dan pentingnya proses,serta
Menentukan tingkatan isi / bahan yang diajarkan
dalam mata pelajaran tradisional
Kriteria penyeleksian isi atau bahan
Dalam penyeleksian isi atau bahan kurikulum,
pengembangan kurikulum perlu memperhatikan beberapa criteria, yaitu :
Validitas
Isi dinyatakan valid ketika otentik. Kendala utama
keontetikan adalah keusangan pengetahuan. Keusangan itu dapat berupa fakta atau
konsep, prinsip –prinsip, atau teori dari suatu bidang pengetahuan yang sudah
tidak terpakai atau sudah kuno.
Kriteria validitas ini menerapkan isi dan metode
dalam satu cara. Isi mempertimbangkan valid (anak didik) yang sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan.
Signifikasi
Kriteria signifikasi berlaku untuk fakta – fakta,
ide – ide utama, konsep, dan prinsip yang menjadi isi suatu mata pelajaran.
Basis terbaik dalam mempelajari suatu mata pelajaran adalah dengan mengevaluasi
sejumlah ide utama atau konsep dengan menggunakan fakta – fakta yang ada dalam
mata pelajaran.
Sesuai dengan minat peserta didik
Minat anak didik merupakan salah satu pertimbangan
dalam seleksi isi, meskipun ada perdebatan tentang sejauh mana pengembangan
kurikulum harus mengakomodasi criteria ini ke dalam isi kurikulum. Persoalan
yang terkait dengan criteria ini adalah bagaimana menyelaraskan isi kurikulum
dengan minat dan perilaku anak didik.
Dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran
(learnability)
Isi yang dipilih harus dapat dipelajari oleh anak
didik dan juga harus dapat diadoptasikan sesuai degan kemampuan anak didik.
Yang paling penting dalam hal ini adalah adanya kesesuaian isi yang diseleksi
dengan apa yang telah anak pelajari. Karena dalam kurikulum dan pengajaran anak
didik memerlukan bantuan dalam mempelajari ide – ide dan fakta –fakta.
Konsisten dengan realitas social
Beberapa penulis berpendapat bahwa isi yang
diseleksi harus memberikan kebermanfaatan bagi dunia disekeliling peserta didik.
Dengan kata lain, isi tersebut harus konsisten dengan realita social. Persoalan
realita yang dapat diakomodasi dalam seleksi isi antaranya berkenaan dengan hal
– hal berikut :
Mempunyai nilai guna (utility)
Kriteria ini menganjurkan bahwa isi yang berguna
bagi anak didik dalam menyelesaikan kondisi sekarang dan dimasa mendatang harus
diseleksi pada semua mata pelajaran. Criteria ini juga diinterprestasikan
dengan spesifik dalam mata pelajaran.
ASAS PENGEMBANGAN
KURIKULUM
Guru, sebagai
pengembang kurikulum dalam skala mikro, perlu memahami kurikulum dan asas-asas
yang mendasarinya. Nasution (2008:11-14) menjelaskan bahwa ada empat asas yang
mendasari pengembangan kurikulum. Keempat asas tersebut adalah:
a. Asas
Filosofis
Sekolah bertujuan
mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Faktor “baik” tidak hanya
ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita, atau filsafat yang dianut sebuah
negara, tetapi juga oleh guru, orang tua, masyarakat, bahkan dunia.
Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat suatu bangsa, terutama
dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai
melalui pendidikan formal. Jadi, asas filosofis berkenaan dengan tujuan
pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara.
Perbedaan filsafat
suatu negara menimbulkan implikasi yang berbeda di dalam merumuskan tujuan
pendidikan, menentukan bahan pelajaran dan tata cara mengajarkan, serta
menentukan cara-cara evaluasi yang ditempuh. Mengapa filsafat sangat diperlukan
dalam dunia pendidikan? Menurut Nasution (2008: 28), filsafat besar manfaatnya
bagi kurikulum, yakni:
- filsafat pendidikan
menentukan arah ke mana anak-anak harus dibimbing. Sekolah ialah suatu lembaga
yang didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi manusia dan warga
negara yang dicita-citakan oleh masyarakat itu. Jadi, filsafat menentukan
tujuan pendidikan.
- dengan adanya
tujuan pendidikan ada gambaran yang jelas tentang hasil pendidikan yang harus
dicapai, manusia yang bagaimana yang harus dibentuk.
- filsafat juga
menentukan cara dan proses yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan itu.
- filsafat memberikan
kebulatan kepada usaha pendidikan, sehingga tidak lepas-lepas. Dengan demikian
terdapat kontinuitas dalam perkembangan anak.
- tujuan pendidikan
memberikan petunjuk apa yang harus dinilai dan hingga mana tujuan itu telah
tercapai.
- tujuan pendidikan
memberi motivasi dalam proses belajar-mengajar, bila jelas diketahui apa yang
ingin dicapai.
b. Asas Psikologi
Anak dan Psikologi Belajar
Psikologi Anak
Sekolah didirikan
untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi yang
memungkinkan anak dapat belajar mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad,
anak tidak dipandang sebagai manusia yang lain daripada orang dewasa. Hal ini
tampak dari kurikulum yang mengutamakan bahan, sedangkan anak “dipaksa”
menyesuaikan diri dengan bahan tersebut dengan segala kesulitannya. Padahal
anak mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Pada permulaan
abad ke -20, anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam
pengembangan kurikulum. Kemudian muncullah aliran progresif, yakni kurikulum
yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak (child centered
curiculum). Kurikulum ini dapat diapandang sebagai reaksi terhadap kurikulum
yang diperlukan orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan anak.
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dlam pengembangan kurikulum adalah:
Anak bukan miniatur orang
dewasa
Fungsi sekolah di
antaranya mengembangkan pribadi anak seutuhnya.
Faktor anak harus
benar-benar diperhatikan dalam pengembangan kurikulum
Anak harus menjadi pusat
pendidikan/sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar.
Tiap anak unik, mempunyai
ciri-ciri tersendiri, lain dari yang lain. Kurikulum hendaknya mempertimbangkan
keunikan anak agar ia sedapat mungkin berkembang sesuai dengan bakatnya.
Walaupun tiap anak berbeda
dari yang lain, banyak pula persamaan di antara
mereka. Maka sebagian dari kurikulum dapat sama bagi semua.
Psikologi Belajar
Pendidikan di sekolah
diberikan dnegan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dpat
dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah
pengetahuan, mengubah sikapnya, menerima norma-norma, menguasai sejumlah keterampilan.
Soal yang penting ialah: bagaimana anak itu belajar? Kalau kita tahu betul
bagaimana proses belajar berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu
memberikan hasil sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan
dilaksanakan dengan cara seefektif-efektifnya.
Oleh sebab belajar
itu ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, timbullah berbagai teori
belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Pada umumnya tiap
teori mengandung kebenaran. Akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang
keseluruhan prooses belajar. Jadi, yang mencakup segala gejala belajar dari
yang sederhana sampai yang paling pelik. Dengan demikian, teori belajar
dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.
Pentingnya penguasaan
psikologi belajar dalam pengembangan kurikulum antara lain diperlukan dalam
hal:
- seleksi dan
organisasi bahan pelajaran
- menentukan kegiatan
belajar mengajar yang paling serasi
- merencanakan
kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar tercapai. (Nasution, 2008:57)
Asas Sosiologis
Anak tidak hidup
sendiri terisolasi dari manusia lain. Ia selalu hidup dalam suatu masyarakat.
Di situ, ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh
tanggung jawab, baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak
menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya
bagi kemajuan masyarakat.
Tiap masyarakat
mempunyai norma-norma, adat kebiasaan yang harus dikenal dan diwujudkan anak
dalam pribadinya, lalu dinyatakannya dalam kelakuan. Tiap masyarakat berlainan
corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang
kebudayaanya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Selain itu,
perubahan masyarakat akibat perkembangan iptek merupakan faktor yang benar-benar
harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Karena masyarakat merupakan
faktor penting dalam pengembangan kurikulum, masyarakat dijadikan salah satu
asas.
d. Asas Organisatoris
Asas ini berkenaan
dengan masalah bagaimana bahan pelajaran akan disajikan. Apakah dalam bentuk
mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara
pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad field atau bidang studi
seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain. Ataukah diusahakan hubungan secara
lebih mendalam dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran (dalam
bentuk kurikulum terpadu). Penganut ilmu jiwa asosiasi akan memilih bentuk
organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran, sedangkan penganut ilmu
jiwa gestalt akan cenderung memilih kurikulum terpadu.
Langganan:
Postingan (Atom)